Mohon tunggu...
dewi pratiwi
dewi pratiwi Mohon Tunggu... -

menyukai traveling, fotografi dan menulis.. sangat menyenangkan melakukan itu semua...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Terhipnotis (2)

17 Desember 2011   06:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:09 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ketika mataku terbuka disuatu pagi yang cukup damai, yang pertama kulakukan kala itu tak ubahnya seperti kebiasaanku sebelum-sebelumnya yaitu mengecek BB  ku dengan segala Notifications yang ada. Aku pun cukup terkejut dan segera berjingkat sambil mengucek-ngucek mataku beberapa kali. Takut aku salah lihat. Dan akupun bisa memastikan bahwa penglihatanku cukup normal, ketika aku melihat namanya muncul dalam rentetan pemberitahuan di BB ku itu. Dia membalas chatku semalam. Kuulangi, dia membalas chatku semalam. Suara genderang bak bertabuhan di telingaku. Terompet tahun baru pun seraya bermunculan di hadapanku seperti sedang terjadi perayaan besar. Ah…aku memang selalu berlebihan apabila sedang berandai-andai. Tapi ya memang itu yang sedang kurasakan ketika itu. Karena kata senang saja tak cukup mewakilkan segala tumpah ruah kerianganku kala itu. Kemudian hati tak sabar ingin membaca isi dari pemberitahuan tersebut. “Hai non :)” Demikian lah isinya..2 detik kubiarkan diriku terdiam mengamati kata yang sangat sedikit itu. Dan di detik berikutnya aku pun mulai tersadarkan dari kediamanku seraya melebarkan senyumku sambil memeluk gulingku sambil berguling-guling di tempat tidur bak bola yang sedang menggelinding.

Senyum simpul bahagia dengan sesekali bersenandung membuka pagi ku kali itu. Sekilas tak terlalu spesial memang.  Tapi entah kenapa dia seolah menghipnotisku seketika. Mematikan aliran syaraf dalam diriku, dan membuatku tak bergeming setiap mendengar namanya disebut. Hemm...perbincangan lewat message itu belum ku lanjutkan. Entah mengapa sepertinya aku memerlukan strategi untuk mendapatkannya. Jadi aku tak mau hanya mengikuti alur, namun alur lah yang terbentuk olehku. Hihi..cukup menjadi perhelatan seru antara kenyataan dan harapanku.

Jam weker digital dikamarku menunjukan Sunday, 10.15 Am. Cuaca cukup bersahabat. Dan untungnya aku tidak punya janji pergi kemanapun. Karena aku sedang ingin beristirahat dirumah. Komputerpun kunyalakan. Ya anda benar aku ingin online Facebook. Sekedar melihat-lihat status teman, melihat info-info di berbagai forum group, dan tentunya tak ingin membiarkan sapaan ramah darinya terdiam tanpa balasan pula. "lagi apa neh?"..balas ku..aahh tidakkk...aku terlihat sangat basi dan kaku. Karena aku bisa tebak, jawabannya pasti akan sangat singkat pula. Aku pun menghapus tulisanku. Menggantinya dengaaan....ahaaa....sepertinya aku tahu, kalimat apa yang akan mengantarkan kita pada sebuah komunikasi seru dan hangat. Terakhir yang aku tahu tentangnya dia sangat menyukai sastra. Aku juga suka, tapi aku belum terlalu menggelutinya. Namun aku selalu interest setiap menemukan suatu karya tulis sastra untuk aku baca dan pelajari. Kembali ke Chat ku. Kalimatku pun perlahan ku ketik. " Pujangga yang satu ini, selalu membuat saya berdecak kagum atas segala hipotesa-hipotesanya mengenai retorika kehidupan alam fana ini"...Selesai.  Setidaknya aku lebih tenang dibanding kemarin yang padahal hanya dihadapkan pada satu kata pendek "Hai"..hehhe.. Ya paling tidak kini aku bisa lebih mengontrol adrenalinku sendiri. Tama is typing...begitulah tampilan yang muncul dalam chat ku. " Haha...hai nona disana.. ya..karena kita dilahirkan memiliki akal untuk berfikir. Setidaknya memimpin meski untuk diri sendiri lebih baik bukan daripada sekedar hanya menjadi pengikut. Aku hanya mencoba memimpin pemikiranku sendiri, untuk tidak ingin menjadi manusia hina ataupun dihinakan. Aku hanya berusaha berada di jalan yang benar. Kamu berlebihan kalau harus kagum padaku. Aku hanya manusia biasa koq"...That's right...jawabannya cukup panjang dan menarik untuk ku ulur menjadi percakapan yang lama dan tidak membosankan. " Hehe...menarik sekali jawabannya. Ya menjadi pembuat keputusan memang jauh lebih baik ketimbang hanya menjadi pengikut, setidaknya itu pula yang selalu aku camkan dalam pemikiranku, dan aku coba pula tuangkan dalam kehidupanku sehari-hari. Belajar mempertahankan idealisme..:) "..balasku tanpa ragu, dan tanpa berulang-ulang menghapusnya untuk kemudian menggantinya dengan kalimat baru , seperti yang ku lakukan di awal-awal aku chat dengannya. Hehe.. semakin conffidence aku dibuatnya. "Ya idealisme memang penting, tapi juga harus dibarengi dengan realisme, karena nantinya akan banyak hambatan-hambatan dalam mempertahankan idealisme kita sendiri apabila kita menutup mata pada sekitar." jawabnya yang dingin namun menyejukan. Ketika hendak membalas lagi, dia langsung melanjutkan kalimatnya.."Nona..aku offline dulu yah. Karena ada urusan yang harus ku urus. Boleh minta no HP kamu, mungkin kita bisa berbincang hangat dan sekedar minum kopi di kedai kopi tempat kemarin kita bertemu"..Whaaattt...dia meminta no HP ku. Benar-benar diluar dugaanku. Segera aku membalas untuk memberikan nomor HP ku dan di akhiri dengan..." Okey..klo free kabari aja, semoga waktunya cocok untuk berbincang-bincang....nice to know you...:) "...Dia pun langsung offline sebelum membalas salam penutupku. Tak apa..setidaknya dia sudah menyimpan nomor HP ku..Tuhan....aku sangat berterima kasih dengan segala rahmatMu ini. Semoga kebahagiaan ini tetap kontinyu menghampiriku. Aku pun mematikan komputer. Dan hari itu terasa sangat-sangat cerah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun