Mohon tunggu...
Humaniora

Mengapa Susy Haryawan?

11 Oktober 2016   07:51 Diperbarui: 11 Oktober 2016   09:23 987
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Foto diambil dari FB Kompasiana"][/caption]Mengapa Susy Haryawan?

Ya pertanyaan itu yang masih berkutat dibenakku, koq bukan Prof Peb?, kan Susy Haryawan masih baru di Kompasiana, dan juga lebih tenar Prof Peb, begitu pikirku, apa mungkin menang, dimasukkan menjadi Nominasi saja sudah bersyukur.

Ketika Susy Haryawan suatu hari mengatakan padaku, kalau masuk menjadi Nominasi kategori Best In Opinion, aku hanya tersenyum, apalagi ketika disebutkan para Nominator lainnya ada mbak Suci Handayani yang seorang penulis, Prof Peb 'sang idola' para kompasianer bahkan diriku sendiripun mengidolakan beliau... :), ada Mas Ryo Kusumo yang pernah diwawancara oleh Metro TV karena artikel satire yang luar biasa tentang salah satu Putra Presiden Jokowi, kembali aku tersenyum saja dan dalam hati berkata sendiri 'apa mungkin'?.

Berangkat dari hobi membaca, diskusi tentang politik dan sifat 'keras kepala'nya yang membawa dia menjadi penulis yang cadas dan lugas tentang politik.

Padahal dilihat dari latar belakangnya, tidak ada yang mendukung itu, dari lulus SMP Pangudi Luhur di Salatiga kemudian melanjutkan sekolah ke SMA Bakti Awam Ungaran, dan selanjutkan kuliah di Akademi Kimia Industri Semarang setelah mengantongi ijasah D3 Kimia Industri, bukannya mencari pekerjaan tapi malah tertarik untuk mengikuti panggilan di Seminari Mertoyudan, dan sempat 'berkaul' menjadi seorang Frater, tetapi kemudian keluar dan melanjutkan kuliah di Madiun, sudah mengantongi skripsi , tetapi tidak dilanjutkan, sempat menjadi Pembimbing Rohani di Rumah Retret di Ambawang Pontianak, dan malah kemudian berlanjut kuliah di IPI Malang, akhirnya gelar Sarjana Agama bisa diraihnya, dan menjadi guru agama dijalani di sebuah SMP di Palembang, dan sekarang menjadi Susy Haryawan yang sekarang 'bukan siapa -siapa' itu.

Dilihat dari bakatnya kelihatannya menurun dari bapak Pak Susy Haryawan yang seorang Kepala Sekolah, yang mempunyai koleksi buku - buku yang luar biasa banyaknya, dan menyukai politik, sering beradu argumen dengan satu - satunya kakak perempuannya yang Rektor II di sebuah Perguruan Tinggi Swasta di Madiun, karena empat kakak Susy Haryawan laki - laki.

Susy Haryawan, seorang yang 'keras kepala' dan saklek selalu berjalan dengan pikirannya sendiri, kadang tidak pernah mendengarkan masukkan dari orang lain, apa yang tidak sesuai dengan pikirannya, dan pendapatnya, juga hati nuraninya, dia memilih untuk diam, mungkin itulah yang menjadikan dia sanggup menulis tentang politik dengan lugas, cadas dan menusuk.

Menjadi pendampingnya, kadang masih belum mengerti apa yang menjadi jalan pikiran dan isi hatinya, bahkan sering masih meragukan kemampuannya, tapi disisi lain hati saya mempunyai kepercayaan yang kuat padanya.

Sampai di menit menit terakhir pengumuman pemenang Best In Opinion, itu saya masih ragu, 'apa mungkin'? itu yang bermain di pikiran saya di rumah sambil melihat tampilan video yang dikirim lewat FB Kompasiana, tetapi ketika membaca artikel yang diunggah Kompasiana beberapa saat kemudian dan menyebutkan Susy Haryawan sebagai pemenang dalam kategori Best In Opinion, saya langsung bersorak sendiri, Selamat Susy Haryawan... memang disitulah bakatmu, menulis adalah panggilan hatimu, meskipun latar belakang pendidikanmu sepertinya tidak ada yang mendukung, itu bakat yang terpendam dari dirimu.

Selamat untuk Susy Haryawanku, atas Pencapaian menjadi Best In Opinion, dengan kemenangan ini tidak menjadikan dirimu sombong tetapi menjadikan dirimu semakin rendah hati dihadapan Tuhan dan sesama, dan semakin melangkah maju dengan tulisan - tulisanmu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun