Mohon tunggu...
Dewi Pagi
Dewi Pagi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Say it with poems & a piece of cake...| di Kampung Hujan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Detak Fatamorgana

11 Juni 2013   17:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:12 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_248241" align="aligncenter" width="300" caption="ludimaginariri.net"][/caption]

Aku menyibak misteri dari pejam mimpi

bayangmu masih saja mengusik hari

matamu terus menguras hati

*

Kamu diam

dalam lembut angan-angan

kamu tersenyum

saksikan risau hati yang mengalun

*

Berhenti!

inginku jangan dulu kamu beranjak pergi

mauku kamu tetap ada di sini

dan jangan hilang lagi

*

Mestikah aku melerai segala kenangan?

ataukah berkelahi dengan semu indah bayang masa depan?

perjuangkan hingga deru nafas tak bersisa

tetapi aku berkawan baik dengan jalan takdir

sangat baik

*

Oh pagi yang nestapa

aku patah arah gulana

hilangkan sengau yang menjegal jendela aksara

puaskan gundah yang merekah

lepaskan cinta bermuara pada tabir syair indah

*

Oh Senja yang menusuk dingin

aku lain pada ingin

bebaskan rasa bergurat angin

hempaskan kacau irama dan detak yang terjalin

*

Sepasang puisi kini bersemayam

pusara lantun aksara mengayam ruang

dengung santun dua elegi sayup menjauh

petikan nada pada kanvas senyap terurai

*

Kini kamu benar hilang tertiup api

pergi jauh bukan mati

hilang pandang tak lihat nanti

*

Mungkin kamu takkan pernah kembali

pergi tanpa membawa setitik pelangi

lari tanpa tinggalkan sebutir matahari

dengan kemungkinan yang tak terbawa di telapak janji

*

Dalam detak ilusi waktu

kunikmati sisa percikan raut teduh itu

irisan senyumpun tak terelakkan segenap belenggu

dalam buaian imajinasiku

*

Kudengar derit sepotong pintu menutup perlahan

bersama terbenamnya bayang-bayang

di ufuk senja yang beranjak melayang

lalu hilang semua sekarang

***

- Kampung Hujan, 2013

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun