[caption id="attachment_355926" align="aligncenter" width="300" caption="Pic from gurl.com"][/caption]
Aku menulis pada sehelai pelepah
walau tak mahir dan tak gapah
meski susah dan payah
pun saat terbaca, rasa teramat sepah
.
Aku bercerita, ceritaku tak bermarwah
hanya celoteh-celoteh antah berantah
barangkali seperti lelehan getah
ataukah segumpah nanah?
.
Aku bersajak, mungkin sajak-sajakku tak berfaedah
buat pembaca ingin meludah
apa yang mampu diperah?
cuma seonggok limbah
.
Aksaraku susuri ruang-ruang pelepah
ingin terus menulis berbilah-bilah
sampai pecah sampai buncah
sungguh ku masih betah, walau tak pernah ku dapat upah
.
Tak peduli dikata serupa sampah
mengulum ghibah atau fitnah
silahkan siapa saja menjadi hakim berjubah
aku ogah, hanya bikin hati gundah dan susah
.
Kepadamu para pengayam aksara, abadilah
tak perlu engkau marah atau tenggelam dalam genang gelisah
menulis sajalah walau ibarat gundukan sampah
kelak semua kan jadi limpah harta bersejarah
.
Kepadamu pelepah bertuah
tak usah engkaupun larut meresah
walau kini engkau dikata tlah berubah
serupa wadah aksara sampah berbongkah-bongkah
.
.
...terus melajulah, because I (we all) still love you (Kompasiana) so much...
.
.
Kampung "Hujan Sampah", 170315
.
.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H