Mohon tunggu...
Dewi Pagi
Dewi Pagi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Say it with poems & a piece of cake...| di Kampung Hujan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rabi'ah al-Adawiyah; Ketika Tuhan Jadi Cinta Sejati

3 Februari 2014   19:42 Diperbarui: 4 April 2017   17:26 3298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_293403" align="aligncenter" width="480" caption="www.arraniri.blogspot.com"][/caption] Ya Allah, apa pun yang akan Engkau karuniakan padaku di dunia ini, berikanlah kepada musuh-musuh-Mu Dan apa pun yang akan Engkau karuniakan kepadaku di akhirat nanti, berikanlah kepada sabahat-sahabat-Mu Karena Engkau sendiri, cukuplah bagiku ~ Rabi'ah al-Adawiyah * Satu-satunya sufi wanita yang paling saya kagumi adalah Rabi'ah al-Adawiyah. Entah mengapa saya begitu jatuh hati padanya. Mungkin karena sufi yang satu ini senang berpuisi saat ungkapkan kecintaannya pada Sang Khalik. Puisi-puisi cintanya selalu indah dan mengena tepat di jantung hati. Seringkali saya larut di antara larik-lariknya yang menggetarkan hati saya ketika membacanya. Begitu besar cintanya pada Tuhan, sehingga Rabi'ah memilih untuk mengabdikan dirinya utuh hanya pada Tuhan. Tak pernah Rabi'ah mau berbagi cinta pada siapapun kecuali pada Tuhannya. Menikah pun tak mau, padahal begitu banyak pria yang ingin meminangnya sebagai istri. Rabi'ah terlahir dari keluarga yang sangat miskin, tumbuh dalam lingkungan keluarga yang terbiasa dengan kehidupan orang saleh dan zuhud. Sejak kecil Rabi'ah sudah terlihat begitu cerdas dan saleh. Setelah kedua orang tuanya meninggal dunia, Rabi'ah berjuang keras menafkahi dirinya dengan cara menyeberangkan orang di Sungai Dajlah. Ketika kota Basrah, Irak (kota kelahiran Rabi'ah) dilanda musibah kekeringan dan kelaparan, ketiga kakak Rabi'ah akhirnya meninggal dunia sehingga otomatis membuatnya hidup sebatang kara. Ia pun sempat dijadikan budak, meski pada akhirnya dilepaskan oleh Tuannya ketika mendengar Rabi'ah berdoa di tengah malam memohon pada Tuhan untuk kebebasan atas dirinya. Konon, ada cerita juga yang mengisahkan bahwa selanjutnya Rabi'ah mencari nafkah dunianya dengan cara menyanyi dan bermain suling di majelis zikir dengan mengumandangkan lagu-lagu yang bernuansa zikir kepada Allah. Ia berusaha supaya lagu-lagu tersebut bisa menambah kecintaannya kepada Allah. Rabi'ah Al-Adawiyah selama hidupnya tidak pernah menikah. Ia dianggap mempunyai saham besar dalam memperkenalkan cinta Allah ke dalam mistisisme Islam karena sejak Rabi'allah cinta kepada Allah mulai ditekankan dalam ajaran tasawuf. Cinta adalah jalan sufi atau keadaan rohani yang tinggi dan yang penting dalam hubungan manusia dengan Tuhannya. Para sufi filsuf sangat didominasi perasaan cinta Illahi yang mereka ungkapkan dalam bentuk puisi maupun prosa secara filosofis. Rabi'ah juga disebut sebagai orang pertama yang menjadikan cinta Illahi sebagai objek utama puisi. Ia mengembangkan suatu ajaran yaitu gairah kerinduan mahluk kepada sang khalik, yang menampakan diri-nya kepada yang mencintai-Nya. Di bawah ini ada penggalan syair-syair indah milik Rabi'ah yang paling menjadi favorit saya : ~ Tuhanku, tenggelamkan aku dalam lautan cinta-Mu...Hingga tak ada sesuatu pun yang menggangguku dalam jumpa-Mu ~ ~ Ya Allah, jika aku menyembah-Mu, karena takut neraka, bakarlah aku di dalamnya...Dan jika aku menyembah-Mu, karena mengharap surga, campakkanlah aku darinya...Tetapi, jika aku menyembah-Mu demi Engkau semata, janganlah Engkau enggan memperlihatkan wajah-Mu yang abadi padaku ~ ~ Suatu hari Rabi'ah membawa air di tangan kiri dan obor di tangan kanan ; Ke mana engkau akan pergi Rabi'ah? Aku mau ke langit...untuk membakar surga dan memadamkan api neraka, agar keduanya tak menjadi sebab manusia menyembah-Nya...Sekiranya Allah tak menciptakan pahala dan siksa, masih adakah diantara mereka yang menyembah-Nya? ~ ~ X : Dari mana engkau datang? Z : Aku datang dari dunia lain X : Engkau hendak ke mana? Z : Pergi ke dunia lain! X : Kalau begitu, apa yang kau lakukan di dunia? Z : Aku memanfatkannya X : Bagaimana memanfaatkannya? Z : Aku bekerja dan beramal, demi hidup abadi di dunia lain! ~ ~ Mengapa aku tak sedih karena sakit dan kepedihan di dunia? Penyakit yang kuderita, obatnya hanyalah bila sudah sampai tujuan...Menyaksikan wajah Allah...Di akhirat kelak ~ Ketika ajal hendak menjemput Rabi'ah, ia 'membubarkan' orang-orang yang begitu banyak berkumpul di rumahnya agar keluar dari rumahnya. Rabi'ah menyuruh mereka pulang saja. Kata-katanya sungguh menggetarkan hati. "Bangun dan keluarlah...Lapangkan jalan bagi utusan Allah (Malaikat) yang akan datang menjemputku..." *** Tuhanku...Tuhanku...Tuhanku... Aku bukanlah Rabi'ah binti Ismail yang Engkau sematkan cinta sejati begitu indahnya di dalam hati Aku bukanlah manusia yang Engkau muliakan hidupnya seperti para Nabi Aku bukanlah hamba yang Engkau anugerahi hidayah begitu agungnya seperti para wali Tetapi andai Engkau berkenan atas pintaku Ridhoilah perjalanan kehidupanku dengan cinta-Mu yang Maha Pun atas banyaknya kesalahanku sejak Kau tiupkan ruh di dalam ragaku Aku mohon kebijaksanaan-Mu untuk mengampuniku dosa-dosaku...~ Dewi Pagi ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun