Mohon tunggu...
Dewi Pagi
Dewi Pagi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Say it with poems & a piece of cake...| di Kampung Hujan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sembunyi

4 Maret 2015   03:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:12 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_353752" align="alignnone" width="500" caption="Pic from deviantart.com"][/caption]

Adalah puisi
relung terindah berdinding sunyi
memasung diri
ketika duka tak juga mau mati
.
seperti belati
membelai hati
bagai lembut pucuk sapu tangan
melerai kelahi rimbun kenangan
.
laksana perisai geram api kata-kata
kala amarah serupa supernova
penopang getir hujan
saat air mata bak himpunan mendung awan
.
aku berlindung di bawah gemulai rima
meski himpit gerimis berjejal di balik senja
kupejamkan mata
tajamkan kata
.
tapi habis sudah semua cakap di kepala
hanya sesak menimbun di dada
apa daya molek tutur kata hanya milik para pujangga
tak mahir ku anyam aksara selayak mereka
.
ingin hempaskan saja ke cakrawala
biarkan para penghuni langit ramu jadi syair tanpa jeda
hingga bumi terguncang badai puisi
ciptakan limpah ruang tanpa kisi
.
untukku bersembunyi...
.
.
Kampung Hujan, 030315
.
.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun