[caption id="attachment_299604" align="alignnone" width="630" caption="www.lensaindonesia.com"][/caption]
Tuan Nyonya yang (katanya) mulia sekali
lepaskan saja topeng-topeng itu dari wajah asli
kami sudah mulai pintar, tak bisa dibohongi berulang kali
bosan sudah lihat diskonan janji-janji
.
Tuan Nyonya berbaju pelangi; ah lebih mirip badut di pentas seni
jangan silaukan kami dengan kepingan mimpi
perut kami tak kenyang dengan gunungan mimpi
masa depan kami inginnya dijamin bukti-bukti
.
Tuan Nyonya yang (sepertinya) berambisi
tak perlu ajak kami berpanas ria joget sana-sini
dua puluh ribu hari begini? Tak cukup buat makan satu hari
perut tak kenyang, kepala pusing gara-gara sengatan matahari
.
Tuan Nyonya berdasi dan bersanggul tinggi
cukup kalian benahi saja kesejahteraan kami
dan anak-anak pergi sekolah tak bergelantungan dengan tali temali lagi
mungkin kami bisa langsung jatuh hati
.
Tuan Nyonya yang (katanya) kaya raya akan pundi-pundi
jangan buang duit banyak-banyak demi suara di pemilu nanti
andai menang masih bisa ketawa ketiwi
kalau kalah hati-hati; takut jiwanya nanti sakit bertubi-tubi
.
.
.
*Kampung (lagi) Hujan (duit), 180314
.
.
.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H