Kata mereka itu rumah rakyat
tempat berdemokrasi capai mufakat
wadah senandung suara hati tertambat
pada ruang-ruang terbuka bahkan privat
.
Terdengar jumawa derit sejumlah kursi berwarna coklat
suara-suara istimewa berbisik singkat
lobi-lobi halus hingga tarik urat
semua (katanya) demi kepentingan masyarakat
.
Di sana raga kita tak tercatat
hanya suara hati sisakan panjang riwayat
tentang cita-cita akan negeri yang hebat
menitip gunung harapan pada mereka yang menjabat
.
Wakil rakyat terpilih bukan hasil ajang pencarian bakat
namun mengapa selalu mahir berakrobat?
demi lautan syahwat
main sikat main embat seperti manusia tak berderajat
.
Tetapi apa boleh buat?
tampaknya rumah itu tak lagi menyimpan amanat
hanya jadi sarang tikus-tikus pengerat
dan lorong-lorong aspirasi yang tersumbat
.
Sudahkan semua terlambat?
saat pilar-pilar penyangga telah berkarat
masih bisakah kita menggugat?
ketika mereka menutup pintu nurani rapat-rapat
.
Jangan bilang semua atas nama rakyat
karena rakyat hanya disuguhkan drama berbingkai mudharat
lakon para pecundang bersindikat
yang bertopeng malaikat
.
Bila bejat nafsu telah bersuara bulat
rakyat dipaksa ikut sepakat
hidup pun semakin perih tersayat
impian tanah air sejahtera buyar lalu tamat
.
Entah kapan mereka bertobat
mungkin saat hilangnya martabat
atau barangkali ketika KPK menjerat
hingga tahta tak lagi terasa nikmat
.
.
Kampung Hujan, 011014
.
.
Selamat kepada anggota DPR RI periode 2014-2019 yang hari ini telah disumpah berjamaah. Semoga amanah bila tak ingin kena getah akibat rakyat bersumpah serapah.
.
.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H