Mohon tunggu...
Dewi Pagi
Dewi Pagi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Say it with poems & a piece of cake...| di Kampung Hujan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Demokrasi Berkarat

1 Oktober 2014   23:02 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:45 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kata mereka itu rumah rakyat
tempat berdemokrasi capai mufakat
wadah senandung suara hati tertambat
pada ruang-ruang terbuka bahkan privat
.
Terdengar jumawa derit sejumlah kursi berwarna coklat
suara-suara istimewa berbisik singkat
lobi-lobi halus hingga tarik urat
semua (katanya) demi kepentingan masyarakat
.
Di sana raga kita tak tercatat
hanya suara hati sisakan panjang riwayat
tentang cita-cita akan negeri yang hebat
menitip gunung harapan pada mereka yang menjabat
.
Wakil rakyat terpilih bukan hasil ajang pencarian bakat
namun mengapa selalu mahir berakrobat?
demi lautan syahwat
main sikat main embat seperti manusia tak berderajat
.
Tetapi apa boleh buat?
tampaknya rumah itu tak lagi menyimpan amanat
hanya jadi sarang tikus-tikus pengerat
dan lorong-lorong aspirasi yang tersumbat
.
Sudahkan semua terlambat?
saat pilar-pilar penyangga telah berkarat
masih bisakah kita menggugat?
ketika mereka menutup pintu nurani rapat-rapat
.
Jangan bilang semua atas nama rakyat
karena rakyat hanya disuguhkan drama berbingkai mudharat
lakon para pecundang bersindikat
yang bertopeng malaikat
.
Bila bejat nafsu telah bersuara bulat
rakyat dipaksa ikut sepakat
hidup pun semakin perih tersayat
impian tanah air sejahtera buyar lalu tamat
.
Entah kapan mereka bertobat
mungkin saat hilangnya martabat
atau barangkali ketika KPK menjerat
hingga tahta tak lagi terasa nikmat
.
.
Kampung Hujan, 011014
.
.
Selamat kepada anggota DPR RI periode 2014-2019 yang hari ini telah disumpah berjamaah. Semoga amanah bila tak ingin kena getah akibat rakyat bersumpah serapah.
.
.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun