Mohon tunggu...
Dewi Pagi
Dewi Pagi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Say it with poems & a piece of cake...| di Kampung Hujan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Socmed Oh Socmed...(Ketika Ibu Jari Lebih Kejam dari Ibu Tiri)

21 Oktober 2014   15:24 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:17 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mulutmu harimaumu. Tulisanmu pisaumu. Saat bicara, saya selalu mengingat kalimat yang pertama. Saat menulis, saya selalu mengingat kalimat yang kedua. Apa-apa yang kita tulis bisa jadi dua sisi mata pisau, bisa bermanfaat atau malah akan menggorok leher sendiri.

Bila saya beberkan di sini, akan berderet contoh-contoh kasus yang menimpa teman-teman saya akibat socmed (tuh jadi nyalahin si socmed deh). Ada yang tertipu toko online abal-abal, tertipu teman kencan, selingkuh terus ketahuan pasangan, inbox minta sumbangan ke teman-teman untuk pengobatan ayahnya yang setelah ditelusuri ternyata bohong, ada yang pinjam-pinjam uang susah balikin lagi karena "habit"nya begitu dan sebagainya.

Tapi saya juga melihat ada sisi positifnya dalam bersocmed. Banyak teman saya yang terbantu usahanya karena rajin 'berkicau' di twitter atau update status di fb, bisa berbagi informasi misalnya reuni, berita pernikahan atau berita duka, ada juga yang digunakan sebagai media penggalangan dana untuk kemanusiaan, juga yang baru-baru ini ramai yaitu untuk kampanye pemilu.

Oh iya, socmed juga bisa membantu kepolisian untuk mengungkap kejahatan salah satunya dengan cara menelusuri 'celoteh' korban di dunia maya sebelum dibunuh penjahat, masih inget kan sama kasus Sisca Yofie?

Lucunya, yang sering terdengar santer dan berlarut-larut biasanya tentang kehidupan pribadi. Jika mengandung suatu aib, hap! Langsung jadi makanan empuk untuk disantap ramai-ramai pastinya. Mendadak semua orang bisa jadi wartawan infotainment. Bisik sana bisik sini. Cari info kesana kemari.

Kalau dulu biasa disebut bisik-bisik tetangga, sekarang namanya bisik-bisik japri, inbox atau DM. Semakin aibnya dirasa menarik untuk diperbincangkan, siap-siaplah habis-habisan dipretelin dalemannya sama orang-orang.

Tak ada asap kalau tak ada api. Tak ada aib yang terungkap kalau bukan karena perbuatan kita sendiri. Mungkin status/tulisannya kurang "terstruktur dan sistematis" atau terlalu "show up" sehingga mengundang siapapun yang suka KEPO. Yang biasa cuekpun lama-lama bisa jadi KEPO bila apinya semakin kencang menyulut dan terus berkobar.

Sudah dari sananya sifat manusia itu selalu dipenuhi rasa ingin tahu meski hanya untuk konsumsi pribadi. Ada yang dijadikan pelajaran hidup, ada juga yang sebatas hiburan pelepas penat. Buat saya pribadi, socmed bisa jadi keduanya, bahkan (bonusnya) bisa untuk "nyambung hidup" a.k.a nambah pundi-pundi (dari jualan produk).

Fenomena socmed ini sulit dibendung.
Arus informasi yang hadir di setiap detiknya jadi penawar bagi mereka yang haus informasi dan kebetulan sibuk atau mobile. Tidak sempat baca koran? Tak ada waktu untuk nonton televisi? Cek berita online saja. Bila ada berita yang tiba-tiba "BOOM!" trus heboh, biasanya sih berawal di socmed. Maklum socmed itu ibarat pesan berantai. Tapi seiring waktu orang-orang akan melupakan dan mengabaikan.

Ibu jari dan "teman-teman"nya hanyalah salah satu alat bantu untuk mengetik di media sosial yang kita miliki. Pandai-pandailah mengendalikan diri, karena bukan tidak mungkin gara-gara kita sulit mengendalikan, kita bisa tergelincir lalu hancurlah "reputasi" kita di dunia maya bahkan bisa jadi sampai ke dunia nyata.

Satu kata bisa jadi ribuan makna. Satu kalimat bisa jadi jutaan arti. Satu tanda baca bisa jadi segunung maksud. Semua kembali tergantung niat, bila niatnya bukan untuk kebaikan, yah harus siap dengan segala resikonya. Terkadang niat baik saja masih suka disalahartikan. Iya gak?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun