Mohon tunggu...
Dewi Pagi
Dewi Pagi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Say it with poems & a piece of cake...| di Kampung Hujan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Duri di Hati Ibu

31 Oktober 2014   02:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:06 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Kamu mau leherku digorok teman-tamanku? Aku kalah semalam!”

“Itu salah Mas sendiri, kenapa Mas gak berhenti saja?”

“Oh jadi kamu sekarang mulai berani melawan suamimu?”

“Ampun, Mas! Ampun! Sakit, Mas…”

Tak menunggu lama saat mendengar Mbak Nunik berteriak, aku segera membuka pintu. Aku melihat Mas Satrio seperti kesetanan tengah menjambak rambut Mbak Nunik.

“Mbak Nik…!!!” Aku bergegas memeluk Mbak Nunik. Mas Satrio salah tingkah di hadapanku. Kikuk.

“Mas…Mas Satrio gak sengaja, Nit. Eng…ini masalah rumah tangga biasa, jangan bilang ibu yah…”

Mas Satrio masuk ke dalam kamar. Aku memapah Mbak Nunik di kursi tamu. Wajahnya memar. Ingin rasanya menangis dan membawa Mbak Nunik pulang saja. Tapi…

“Nit, jangan bilang ibu yah. Mas Satrio lagi emosi. Biasanya juga reda sendiri…”

“Biasanya? Memang Mas Satrio biasa begini???”

“Ssst, Mbak mohon sama Ninit untuk jangan berpikir yang tidak-tidak…”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun