Mohon tunggu...
Dewi Pagi
Dewi Pagi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Say it with poems & a piece of cake...| di Kampung Hujan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

{DEAR PPA} Perempuan Berkaki Surga

1 Maret 2015   01:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:20 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_353346" align="alignnone" width="650" caption="Foto dari loverofsadness.com"][/caption]

- Dewi Pagi | No.peserta 67 -
.
.

Sukar kuhentikan
ketika namamu ter-eja dalam puja
sampai matahari bertengger di utara
bulan gugur matikan malam
akar-akar pohon sembunyi di langit kelam
air hujan tumbuh rambati bumi
pelangi musuhi bidadari
.
aku dipanah rindu
padamu tempat aku linangkan risau pilu
masihkah aku bersemayan di benakmu?
masihkah kau terperangkap dalam kenangan?
saat hangat rahimmu jadi rumahku
.
"Bersiaplah, ujian dunia menantimu..."
"...tapi tak perlu khawatir, untukmu doaku terijabah hingga ku melepas nyawa..."
kau ceritakan kelumit janji Tuhan
kau kata Tuhan tak pernah ingkar
.
namun kini aku serupa bunga mati di hadapanmu
inginnya kusentuh harum tubuhmu
sisipi rindu yang tak palsu
agar ku tak lagi layu
engkau tahu aku tak mampu
.
janganlah abaikan aku
walau deras dosa
kerapkali membakar hatimu
janganlah diamkan aku
sebab keras batu di kepalaku
acapkali basahi indah matamu
melukai lembut perasaanmu
.
engkau semakin menua
tuturmu tlah kau siapkan satu pusara
bersisi dengan belahan jiwa
sungguh jangan kau tinggalkan aku lebih dulu
sebelum kakiku seperti kakimu
sebelum cintaku seperti cintamu
.
ah, ingin kuhapus lebam deritamu
sembuhkan perihmu
andai saja kupunya daya upaya
namun mustahil bagiku menafsirkan segala luka
sebab engkaupun begitu
.
tahukah engkau wahai pualamku
hikayatmu adalah riwayat cintaku
tentang kesetiaan
tentang kesabaran
tentang ketabahan
dan keteguhan hati
kucuri semua dari dirimu
.
Tuhanpun maklumiku
cemburuku buta terhadapmu
jilat apinya riuh bergemuruh
mauku jadi sepertimu
karena segala rahmat nikmat kau kunyah
sedang siapalah aku ini?
.
hasratku
rubuhkan seribu malam untukmu
mimpiku
nyalakan seluruh cahaya di dunia
tegakkan anak-anak samudera
menjala matahari
demi engkau seorang diri
.
kelak saat nafasku tersisa di ubun-ubun kepala
kau kan tahu yang sebenarnya
bahwa air mataku selalu kejatuhan cinta
pada kekal telapak kakimu, Ibu...
.
.
Kampung Hujan, 280215
.
.

[caption id="attachment_353347" align="alignnone" width="552" caption="Foto dari kompasiana.com"]

1425121705647987112
1425121705647987112
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun