Mohon tunggu...
Dewi Nuryanti
Dewi Nuryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Emak blogger

Emak blogger yang hobi traveling, makan dan belanja

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Menjelajahi Misteri Perbatasan, Sebuah Catatan dari Krayan

2 Maret 2024   01:38 Diperbarui: 2 Maret 2024   01:39 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku Menjelajahi Misteri Perbatasan, sebuah catatan peradaban dari Krayan, Kalimantan Utara (foto dokumen pribadi)

Pak Yansen menggagas Batu Ruyud Writing Camp dengan tujuan membuka mata pemerintah sebagai pemangku kebijakan agar lebih memperhatikan wilayah perbatasan sehingga dapat menerapkan kebijakan sesuai dengan kondisi dan keunikan daerah perbatasan. Pak Yansen sebagai anak Krayan Tengah ingin menunjukkan pada masyarakat bahwa daerah perbatasan memiliki banyak potensi yang dapat digali serta memiliki kekayaan dan keragaman budaya. Hasil eksplorasi para penggiat literasi nasional terhadap daerah Batu Ruyud, Krayan dituangkan dalam sebuah buku yang berjudul "Menjelajahi Misteri Perbatasan".


Selain itu, Batu Ruyud Writing Camp ingin pula menunjukkan bahwa perbatasan selain memiliki banyak misteri, juga merupakan kekayaan nasional yang memiliki pesonanya sendiri. Selama 8 hari, para penggiat literasi nasional yang tergabung dalam Batu Ruyud Writing Camp, melakukan interaksi dengan masyarakat setempat tanpa adanya internet dan distraksi digital lainnya. Mereka turut andil membangun peradaban baru melalui literasi di perbatasan Indonesia-Malaysia.

Para penggiat literasi nasional yang mengikuti Batu Ruyud Writing Camp diantaranya Kang Pepih Nugraha, pendiri Kompasianer dan penulis, Bang Arbain Rambey, fotografer senior, Masri Sareb Putra, sastrawan Dayak, Dodi Mawardi, dan masih ada beberapa penggiat literasi nasional lainnya. Dijumpai pada acara peluncuran buku "Menjelajahi Misteri Perbatasan", mereka semua sangat terkesan dengan ajang literasi tersebut. Ajang literasi tersebut sekaligus meresmikan pusat literasi Batu Ruyud. Masyarakat Batu Ruyud sendiri menyambut antusias ajang literasi penting Krayan tersebut.


Masih dalam acara peluncuran buku Menjelajahi Misteri Pedalaman di Sekolah Alam Cikeas, Jawa Barat, Pak Yansen menjelaskan mengapa ajang literasi diadakan di Batu Ruyud, Krayan Tengah, kabupaten Nunukan. Hal tersebut dilakukan sebagai sebuah penghargaan dan penghormatan terhadap perjuangan orang tua dari Pak Yansen. 52 tahun lalu, orang tua Pak Yansen yaitu ayahnya, mengambil keputusan untuk pindah dari Krayan ke kota untuk mengenyam pendidikan yang lebih baik dan berusaha bagaimana agar kehidupan keluarga bisa menjadi lebih baik demi masa depan anak-anaknya. Terbukti keputusan yang diambil oleh ayah Pak Yansen tepat, saat ini Pak Yansen selain sebagai penggiat dan pelaku literasi, menjabat pula sebagai wakil gubernur Kaltara. Perjuangan ayah Pak Yansen tidak sia-sia.


Batu Ruyud sebagai simbol dari kebangkitan literasi di Krayan, tidak serta merta lahir begitu saja, melainkan melalui proses yang menyertainya. Pak Yansen bercerita sebelum pindah dari Krayan ke kota, keluarganya ingin meninggalkan tanda di Krayan bahwa mereka pernah tinggal di situ maka diambilah batu sebagai tanda. Pengambilan batu dilakukan oleh sekitar 60 orang yang saling berlomba untuk mengambil batu yang besar dan banyak sampai akhirnya menjadi sebuah tumpukan batu yang saat ini dikenal sebagai prasasti Batu Ruyud.


Fe'Milau, Krayan Tengah tempat prasasti batu tersebut berada menjadi pertanda bahwa tempat tersebut melahirkan sebuah inspirasi bahwa semangat gotong royong, bersatu, berjuang dan bekerjasama dengan sukacita gembira akan melahirkan hasil yang luar biasa. Batu Ruyud menjadi wujud peradaban baru serta simbol literasi di Krayan Tengah. Hasil dari pemikiran, perenungan dan eksplorasi penggiat literasi nasional yang bergabung di BRWC (Batu Ruyud Writing Camp) yang dituangkan dalam buku Menjelajahi Misteri Perbatasan, menjadi sebuah saksi bisu bahwa mereka pernah menuliskan peradaban di Krayan Tengah. Buku Menjelajahi Misteri Perbatasan terdiri dari 222 halaman, tidak termasuk sekapur sirih dan kata pengantar. Buku ini akan menjawab seperti apa kondisi sebenarnya yang terjadi di sebuah daerah perbatasan.

Penggiat literasi nasional yang tergabung dalam Batu Ruyud Writing Camp sekaligus penulis buku Menjelajahi Misteri Perbatasan (foto dokumen pribadi)
Penggiat literasi nasional yang tergabung dalam Batu Ruyud Writing Camp sekaligus penulis buku Menjelajahi Misteri Perbatasan (foto dokumen pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun