3. Upaya preventif dilakukan dengan cara mendorong masyarakat untuk melakukan deteksi dini seperti pemantauan IMT, pengukuran tekanan darah dan gula darah minimal 1 tahun sekali untuk mereka yang tidak memiliki risiko PTM (Penyakit Tidak Menular). Bagi yang memiliki faktor risiko PTM termasuk stroke dapat melakukan perubahan gaya hidup dan melakukan pemeriksaan secara rutin minimal satu bulan sekali;
4. Upaya kuratif dengan penguatan pelayanan kesehatan dengan mengembangkan jejaring pengampuan rumah sakit layanan stroke;
5. Upaya rehabilitatif yang dilakukan pada masa akut (selama di rumah sakit) dan fase kronis untuk mencegah serangan ulang dan disabilitas. Pelayanan rehabilitasi di masyarakat dapat dilakukan melalui pelayanan home care dan rehabilitasi bersumberdaya yang dilakukan oleh para kader terlatih dan edukasi pada caregiver atau anggota keluarga penderita stroke tentang bagaimana cara melatih serta merawat pasien stroke.
Saat ini, Indonesia telah memiliki Rumah Sakit vertikal yang mampu memberikan layanan stroke tingkat paripurna sebanyak 9 RS, tingkat utama sebanyak 3 Rumah Sakit dan tingkat madya sebanyak 6 Rumah Sakit dengan ketersediaan fasilitas Cath Lab sebanyak 292 buah tersedia di Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta. Upaya pelayanan stroke didukung dengan ketersediaan dokter spesialis saraf sebanyak 2261 orang, dokter neurointervensi sebanyak 54 orang dan dokter bedah saraf fellow/subspesialis vaskular sebanyak 38 orang.Â
Temu Blogger Kesehatan dalam rangka peringatan Hari Stroke Sedunia 2022 diselenggarakan oleh Kemenkes RI dengan harapan Blogger dapat menjadi agen perubahan dalam perilaku hidup sehat, terutama dalam pencegahan dan pengendalian faktor risiko penyakit tidak menular, sehingga masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang sehat dan berkualitas. So, Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Kena Stroke!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H