Mohon tunggu...
Dewi Nurhayati
Dewi Nurhayati Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Hobi menonton drama

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

People Come and Go

29 November 2023   11:03 Diperbarui: 30 November 2023   07:08 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kelompok 14 : Dewi Nurhayati

                               Adinda Putri Adisti

Sebuah Cerpen Fiksi

People Come and Go (Orang Datang dan Pergi) 

Mercusuar Cafe & Resto 'Restoran' yang akan membawamu ke dunia fantasi berlokasi di Dago Atas, Bandung. Menjadikan tempat paling favorit bagi kedua gadis cantik untuk menghabiskan waktu bersama. Anna dan Binta menikmati panorama Bandung dari ketinggian kastel di lantai enam. 

"Woah! Akhirnya kita bisa kesini lagi. Setelah pusing-pusing sama ujian akhir." tutur Anna bersemangat melepas penat dengan sumringah melihat city lights kota Bandung. 

Binta tertawa kecil menanggapi ucapan Anna,"yah.. sebelum pusing babak kedua, buat seleksi masuk perguruan tinggi." tambahnya.

Raut wajah Anna berubah masam seketika,"minimal lupain dulu kek hal itu. Come on Ta, kita kan lagi liburan sebentar. Itu masih bisa dibahas besok," cibir Anna. 

Binta tersenyum merangkul pundak Anna menaruh kepalanya pada bahu sahabatnya yang telah bersama selama 6 tahun. Sebab pertemuan mereka pertama kali ada pada masa putih biru hingga lanjut pada masa putih abu-abu dan rencana mereka selanjutnya bisa pada perguruan tinggi yang sama walau dengan prodi yang berbeda. Anna dan Binta sudah seperti saudara kandung, keduanya memiliki banyak kesamaan sehingga pertemanan mereka bukan lagi seperti seorang teman yang hanya menjadi tempat cerita melainkan seperti adik kakak yang selalu berada disisinya. 

Mereka berencana ingin melanjutkan studi di luar kota. Sebagai pilihan yakni kota pelajar Yogyakarta. Alasan mengapa keduanya memilih kota istimewa itu, sebab Universitas tersebut termasuk Universitas favorit dan mereka menyukai keramah-tamahan masyarakat setempat. Anna dan Binta menghabiskan waktu saling melempar canda tawa dan membahas rencana serta alur-alur pendaftaran bersama. Mereka benar-benar tak ingin berpisah dan berharap kepada Tuhan mengabulkan doa mereka dapat diterima di Universitas yang sama.  

Setelah mengikuti tes ujian masuk perguruan tinggi, keduanya sepakat untuk membuka hasil bersama. Saat ini, Anna sedang berada di kamar Binta. Mereka menunggu dengan tegang akan hasil yang muncul nanti. 

"Tiga puluh menit lagi ni Ta... Ya Allah deg-degan banget gue." 

"Bismillah... semoga hasilnya yang terbaik." 

"Aamiin..." ucap Anna memeluk Binta untuk mengurangi kecemasan atas hasil tes yang mereka tunggu.

Anna dan Binta stay pada layar laptop masing-masing yang hanya menunjukkan hitungan mundur dari waktu yang telah ditentukan. Hingga tiba waktunya Anna dan Binta bersiap untuk mengklik hasil tes mereka dan.... 

"Alhamdulillah... Biru!" syukur Anna lulus masuk ke Universitas impiannya. 

Bagaimana dengan Binta? Mengapa tidak ada sorakan bahagia padanya? Ia hanya terdiam berusaha menahan isak tangisnya. 

"Ta?" panggil Anna melihat Binta yang mematung dengan raut sedih lalu ia melirik layar laptop Binta ternyata ia mendapati warna merah artinya Binta tidak lulus.  

Tersadar kesenangannya barusan, Anna jadi tidak enak hati pada Binta. Ia memeluk Binta dengan hati yang ikut sedih tidak lama Binta menangis. 

"Tenang Ta. Kesempatan lo ga cuma berakhir disini. Masih ada jalan lain, lo bisa ikut ujian tulis dan mandiri. Gue akan bantu sebisa gue untuk cari informasi dan gimana aja tentang soalsoalnya." ujar Anna berusaha menenangkan Binta yang mungkin ia merasa putus asa.

Binta hanya menganggukan kepala dalam dekapan Anna. Dan hari itu Anna merasakan perasaan yang campur aduk antara senang dan sedih sebab ia tidak bisa senang sepenuhnya atas ketertolakannya Binta. Anna akan berusaha membantu Binta dalam jalur lain dan hari itu ia mencoba menemani Binta sampai menjelang magrib sebab ia tidak ingin sahabat sejatinya merasa sendirian akan tetapi karena waktu malam akan tiba ia harus pulang dan mencoba untuk memberi ruang pada Binta. 

Dua hari kemudian pagi harinya Anna mendapatkan sebuah paket amplop coklat. Dirinya kebingungan sebab ia tidak merasa memesan apapun. Saat dirinya melihat pada lembar amplop coklat tenyata itu dari Binta menimbulkan kerutan di dahi. Ia membukanya terdapat selembar kertas putih yang berisikan tulisan bahasa asing dari Universitas di Amerika. Terkejut bukan main Anna membacanya bahwa ternyata Binta keterima di Universitas luar negeri. Perasaannya kali ini senang tapi kecewa sebab Binta tidak pernah memberitahunya sedikit pun.

Anna berlari menuju kamar mencari ponselnya dan ternyata ada sebuah pesan.

"Sorry An gue ga bisa kabarin lansung dan hanya selembar kertas yang bisa menjelaskan itu. Iya, gue keterima di Univ luar dan keberangkatan gue besok An.Sorry banget kalau semua ini mendadak. Penerbangannya pagi, gue berharap kabar mendadak ini lo tetap bisa anter gue ke bandara."

Kecewa. Perasaan yang saat ini hadir dalam hati Anna. Ia kecewa sebab Binta tidak memberitahunya sejak awal akan rencananya yang akan lanjut di luar dan besok pagi ia sudah harus pergi? Anna tidak menyangka akan janji untuk bersama itu akan Binta langgar tanpa alasan yang jelas dengan kepergian yang secara tiba. 

Beberapa minggu telah berlalu, libur panjangnya kini telah usai sekarang saatnya Anna masuk kuliah dan memulai harinya sebagai mahasiswi di Yogyakarta. Setelah berbagai kegiatan kampus ia lewati untuk menekan rasa rindu kepada sahabatnya yang berada di benua lain, Anna juga memiliki teman baru yang ia dapat dari masa orientasi mahasiswa serta teman satu himpunannya. Ia bersukur karena teman barunya dapat mengobati sedikit rasa rindu dengan sahabatnya yang berada di negeri paman sam itu. 

4 tahun sudah di lalui oleh Anna beserta teman-teman seperjuangannya, sekarang Anna berada di auditorium untuk melaksanakan wisuda S1nya yang dalam proses untuk mengambil gelar tersebut tidak lah mudah. Perlu air mata serta keringat untuk mendapatkan hasil yang bisa dikatakan sempurna untuk mencapai gelar cumlaude serta IPK yang memuaskan. Setelah puas berfoto dengan teman, keluarga serta dosen yang membimbing Anna dalam mengerjakan skripsi. Anna langsung pulang untuk bersiap-siap ketempat yang mana sangat ia rindukan--- tempat dimana ia dan sahabatnya dulu sering kunjungi dan menjadi tempat favorit keduanya yakni Mercusuar Cafe & Resto. 

Tidak ada yang berubah dari tempat tersebut, tetap indah, menawan, serta kenangan yang ditinggalkannya pun masih terasa. Ketika Anna sedang berjalan mengitari yang biasa ia dan sahabatnya itu lewati, matanya terkunci dengan seseorang yang juga sedang menatapnya. Seseorang yang amat sangat ia rindukan kini, tepat di depannya. Keduanya termangu berlari dan saling berpelukan erat melepas kerinduan. Isak haru tangis dan beberapa untaian kata saling terucap dan setelahnya mereka berjalan menyusuri tempat indah bak kerajaan istana seperti film Harry Potter itu. 

Keduanya berkeliling lalu mendapati tempat untuk mengobrol bersama. Akhirnya Anna mendapati kejelasan akan kepergian Binta yang secara tiba itu. Binta mulai menceritakan alasan ia berkuliah di luar negeri, sebab ibunya menderita sakit yang tidak bisa diobati di Indonesia karena keterbatasan alat serta penelitian. Jadi, mengharuskan ia menemani ibunya berobat juga berusaha melanjutkan studinya yang tertolak di dalam negeri. 

"Hiks... Gue berarti jahat ya sama lo. Selama ini gue egois merasa gue orang paling tersakiti karena kepergian dari kabar mendadak lo. Ga sangka ternyata tante Mia sakit. Maaf Ta, Maafin Gue." Anna menumpahkan air matanya dengan perasaan menyesal. 

"Enggak. Ini bukan salah lo An. Gue aja yang belum jelasin lebih rinci. Gue juga minta maaf buat semuanya. Okai?" jelas Binta memeluk Anna yang merasa dirinya tak layak menjadi sahabat Binta. Karena penyakit ibunya yang ia tak ketahui mengharuskan Binta melanggar janji mereka. Hal ini, yang Binta tak ingin Anna rasakan kalau dirinya tidak berguna sebagai sahabat karena tidak ada ketika Binta butuh. Tapi, Binta memang tidak ingin masalahnya menjadi beban untuk sahabatnya itu.

Kini Anna mengerti apa yang sahabatnya khawatirkan. Binta takut akan membuat konsentrasi Anna terganggu untuk menyiapkan dokumen-dokumen perkuliahannya. Anna mengerti sekarang, akan situasi saat itu. Saat Binta hanya mengabarinya lewat selembar kertas saja. Hanya berita mendadak akan keberangkatannya besok pagi. Karena Binta juga kebingungan akan situasi yang dihadapinya pun dengan janji mereka. 

"Terus gimana sekarang keadaan Tante Mia?" 

"Alhamdulillah sekarang beliau sehat walfiat. Walau tiga bulan sekali harus cek ke sana." 

"Nanti kalau ke sana ajak gue yah?" 

"Hem..."

Setelah mendengar penjelasan dari Binta, Anna meminta maaf untuk kedua kalinya betul-betul merasa sudah menjadi egois untuk memaksa Binta tetap bersamanya. Anna mengerti kalau ia tidak boleh memaksa seseorang untuk tetap bersamanya. Karena semua orang mempunyai dunia, perspektif, dan tujuan yang berbeda-beda, kalaupun ada yang sama itu hanyalah kebetulan dan tidak akan berjalan lama. Sebab setiap orang ada masanya dan setiap masa ada orangnya. 

"Pada akhirnya aku harus menyadari bahwa hal tersebut (kepergian Binta pada studynya) adalah lumrah karena setiap orang itu memiliki tujuan yang berbeda. Mungkin yang awalnya satu tujuan sama kita, bisa saja di pertengahan harus pergi dan jalan sendiri untuk mencapai tujuan tersebut. Karena setiap orang berhak atas pilihannya dan kita harus terima itu," ucap Anna di dalam hati. 

Bahwa setiap orang yang datang dan pergi dalam kehidupan pasti akan meninggalkan pelajaran yang berbeda.

"Terus juga orang orang yang dateng ke hidup kita bukan untuk stay selamanya, tapi untuk menjadi sesuatu yang memberi kita lesson di kehidupan kita pada masa itu. Jadi, ketika masanya sudah berhenti, ya mau nggak mau orang-orang tersebut akan pergi dan diganti sama orang-orang baru yang bakal ngasih kita lesson lain lagi," tambah Anna. 

Sebagai manusia pada hakikatnya tinggal di dunia yang serba fana. Artinya, kita harus bijaksana dan cerdas dalam menyikapi hal yang fana tersebut. Fase people come and go memang tidak mudah, tetapi kita harus bergerak maju dan meninggalkan hal yang sudah berlalu di hidup kita. 

Dan aku pernah menemukan kalimat seseorang begini katanya, "Seperti kata Tulus dalam lagunya yang berjudul "Hati-Hati di Jalan", yaitu kau melanjutkan perjalananmu, kumelanjutkan perjalananku, artinya manusia akan berkembang untuk melanjutkan perjalanannya masing-masing, sehingga tidak semua orang akan singgah dalam waktu yang abadi dalam hidup kita."  

 


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun