Mohon tunggu...
Dewi Nurhidayati
Dewi Nurhidayati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi memasak dan jalan jalan

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Teori psikososial erik erikson

18 Januari 2025   06:26 Diperbarui: 18 Januari 2025   05:27 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

**Teori Psikososial Erik Erikson: Pemahaman dan Aplikasinya dalam Kehidupan**

Teori psikososial Erik Erikson adalah salah satu teori penting dalam bidang psikologi perkembangan yang menawarkan pandangan tentang bagaimana individu berkembang sepanjang hidup mereka. Teori ini memperkenalkan delapan tahap perkembangan psikososial yang menggambarkan tantangan utama yang harus dihadapi individu di setiap fase kehidupannya. Setiap tahap memiliki krisis psikososial yang harus diselesaikan agar individu dapat berkembang dengan sehat dan mencapai kesejahteraan psikologis. Berikut adalah pemahaman mendalam tentang teori ini, tahapannya, serta relevansinya dalam kehidupan sehari-hari.

### **Pengenalan terhadap Erik Erikson**

Erik Erikson, seorang psikolog asal Jerman yang kemudian menetap di Amerika Serikat, mengembangkan teori ini pada pertengahan abad ke-20. Berbeda dengan teori-teori sebelumnya yang lebih fokus pada masa kanak-kanak, Erikson menekankan bahwa perkembangan manusia berlangsung sepanjang hidup, tidak hanya terbatas pada masa kanak-kanak dan remaja. Dalam teori ini, faktor sosial memainkan peran penting dalam membentuk perkembangan psikologis seseorang.

Erikson berpendapat bahwa perkembangan individu dipengaruhi oleh interaksi dengan lingkungan sosial, dan setiap tahap perkembangan menghadirkan tantangan sosial dan emosional yang harus dihadapi. Jika krisis pada setiap tahap diselesaikan dengan baik, individu akan mengalami pertumbuhan positif; sebaliknya, jika gagal mengatasi tantangan tersebut, dapat timbul masalah psikososial.

### **Delapan Tahap Perkembangan Psikososial Erikson**

1. **Kepercayaan vs. Ketidakpercayaan (0-1 tahun)**

   Pada tahap ini, bayi mulai mengembangkan perasaan percaya atau tidak percaya terhadap dunia di sekitarnya. Ketika pengasuh memberikan perhatian, kasih sayang, dan keamanan, bayi akan merasa percaya pada dunia dan orang lain. Sebaliknya, ketidakpastian atau pengabaian dapat menumbuhkan rasa ketidakpercayaan yang mendalam.

2. **Otonomi vs. Rasa Malu dan Keraguan (1-3 tahun)**

   Pada usia ini, anak mulai mengembangkan rasa otonomi dan independensi. Mereka ingin melakukan hal-hal sendiri, seperti berjalan atau makan. Jika orang tua mendukung usaha mereka, anak akan merasa otonom dan mampu. Namun, jika anak sering dihukum atau dikritik, mereka dapat mengembangkan rasa malu dan keraguan terhadap kemampuan diri.

3. **Inisiatif vs. Rasa Bersalah (3-6 tahun)**

   Anak pada tahap ini mulai mengembangkan rasa inisiatif dengan mencoba berbagai aktivitas baru dan menjelajahi dunia mereka. Jika orang tua atau pengasuh memberi dukungan dan tidak menghukum mereka atas upaya eksplorasi mereka, anak akan merasa percaya diri. Sebaliknya, pengkritikan atau larangan yang berlebihan dapat menumbuhkan rasa bersalah yang berlebihan.

4. **Industri vs. Inferioritas (6-12 tahun)**

   Anak-anak memasuki dunia pendidikan dan berinteraksi dengan teman sebaya. Mereka mulai mengembangkan keterampilan dan bekerja dalam kelompok. Ketika anak merasa berhasil dan dihargai atas prestasinya, mereka akan merasa kompeten dan berkembang rasa industri. Namun, jika mereka merasa gagal atau tidak dihargai, rasa inferioritas dapat muncul.

5. **Identitas vs. Kebingungan Peran (12-18 tahun)**

   Masa remaja adalah periode pencarian identitas diri. Remaja berusaha memahami siapa mereka, apa yang mereka yakini, dan peran apa yang mereka inginkan dalam kehidupan. Jika mereka dapat mengatasi kebingungan peran dan memperoleh pemahaman tentang diri mereka, mereka akan mengembangkan identitas yang kuat. Namun, kebingungan dalam mencari identitas dapat mengarah pada kebingungan peran.

6. **Intimasi vs. Isolasi (18-40 tahun)**

   Pada tahap ini, individu berusaha membangun hubungan intim dengan orang lain. Mereka mencari pasangan hidup dan mencoba membangun hubungan yang mendalam dan penuh kepercayaan. Jika seseorang berhasil mengembangkan hubungan intim, mereka akan merasa puas dan terhubung. Namun, kegagalan dalam membentuk hubungan ini dapat mengarah pada perasaan isolasi dan kesepian.

7. **Generativitas vs. Stagnasi (40-65 tahun)**

   Pada usia dewasa tengah, individu cenderung mencari cara untuk berkontribusi kepada generasi yang lebih muda, baik melalui pekerjaan, keluarga, atau masyarakat. Proses ini disebut generativitas. Jika seseorang merasa dapat memberikan kontribusi positif, mereka akan merasa puas dan berkembang. Namun, jika seseorang merasa bahwa hidupnya stagnan atau tidak berarti, mereka dapat mengalami perasaan kebosanan dan kekecewaan.

8. **Integritas vs. Keputusasaan (65 tahun ke atas)**

   Pada tahap ini, individu meninjau kembali hidup mereka dan mengevaluasi pencapaian mereka. Jika mereka merasa puas dengan hidup mereka, mereka akan merasakan integritas, atau perasaan damai dan penerimaan terhadap diri sendiri. Sebaliknya, jika mereka merasa menyesal atau tidak puas dengan hidup mereka, mereka dapat merasa putus asa dan terperangkap dalam perasaan kesalahan.

### **Konsep Konteks Sosial dalam Perkembangan Psikososial**

Salah satu aspek terpenting dalam teori Erikson adalah pemahaman bahwa perkembangan psikososial sangat dipengaruhi oleh konteks sosial dan interaksi dengan orang lain. Erikson menganggap bahwa keluarga, teman sebaya, sekolah, dan masyarakat luas berperan besar dalam membentuk siapa kita. Di setiap tahap kehidupan, tantangan psikososial yang dihadapi individu sering kali dipengaruhi oleh harapan sosial, nilai budaya, dan pola interaksi dengan orang di sekitar mereka.

Misalnya, pada tahap identitas vs. kebingungan peran, remaja mungkin merasa terdorong untuk memenuhi harapan sosial yang berhubungan dengan gender, pekerjaan, atau peran sosial lainnya. Keberhasilan atau kegagalan dalam mengatasi tantangan ini dapat dipengaruhi oleh norma-norma sosial yang ada dalam masyarakat tersebut.

### **Aplikasi Teori Erikson dalam Kehidupan Sehari-hari**

Teori psikososial Erikson memberikan banyak wawasan tentang bagaimana perkembangan individu terjadi dalam kehidupan nyata. Dalam konteks pendidikan, misalnya, pemahaman tentang tahap industri vs. inferioritas bisa membantu pendidik dan orang tua dalam menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan rasa percaya diri anak-anak. Di tempat kerja, memahami tantangan generativitas vs. stagnasi dapat membantu individu untuk menemukan cara untuk tetap merasa bermakna dan berkontribusi.

Selain itu, penerapan teori Erikson dalam hubungan interpersonal juga sangat berguna. Misalnya, dalam konteks hubungan romantis, pemahaman tentang tahap intimasi vs. isolasi dapat membantu individu untuk lebih sadar akan pentingnya membangun hubungan yang sehat dan mendalam. Hal ini juga berlaku dalam hubungan keluarga, di mana orang tua dapat memahami bagaimana mendukung anak-anak mereka melalui tantangan psikososial yang dihadapi.

### **Kesimpulan**

Teori psikososial Erik Erikson memberikan pandangan yang komprehensif mengenai bagaimana individu berkembang sepanjang hidup mereka, dari bayi hingga lansia. Dengan fokus pada tantangan psikososial yang dihadapi setiap individu pada berbagai tahap kehidupan, teori ini membantu kita memahami pentingnya lingkungan sosial dalam membentuk perkembangan psikologis seseorang. Melalui pemahaman teori ini, kita dapat lebih baik menghargai dan mendukung perjalanan perkembangan setiap individu, serta menciptakan lingkungan yang mendukung pencapaian kesejahteraan psikologis sepanjang hidup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun