**Artikel: Tahapan Perkembangan Psikososial Erik Erikson pada Anak SD: Membangun Kepercayaan dan Identitas**
**Pendahuluan**
Teori perkembangan psikososial Erik Erikson memberikan gambaran yang mendalam tentang bagaimana individu berkembang secara sosial dan psikologis sepanjang hidupnya. Erikson menyusun delapan tahapan perkembangan, yang masing-masing dipenuhi dengan krisis atau konflik yang harus dihadapi dan diselesaikan untuk melanjutkan perkembangan ke tahap berikutnya. Meskipun teori ini mencakup seluruh rentang kehidupan, fokus artikel ini adalah untuk membahas dua tahapan utama yang dialami anak usia Sekolah Dasar (SD), yaitu tahapan **Kepercayaan vs. Ketidakpercayaan** dan **Industri vs. Inferioritas**.
**Tahap Kepercayaan vs. Ketidakpercayaan (0-1 tahun)**
Meskipun tahap ini terjadi pada masa bayi, tahapan pertama dari teori Erikson sangat mempengaruhi perkembangan psikososial anak dalam jangka panjang, termasuk saat anak memasuki usia SD. Pada tahap ini, bayi belajar untuk mengembangkan rasa percaya terhadap dunia dan orang di sekitarnya. Keberhasilan tahap ini tergantung pada kemampuan orangtua atau pengasuh untuk memenuhi kebutuhan dasar bayi secara konsisten dan penuh kasih sayang. Jika tahap ini berhasil, anak akan tumbuh dengan rasa percaya diri yang kuat dan merasa aman dalam interaksi sosial.
Bagi anak SD, pengalaman ini sangat penting karena mereka membawa fondasi rasa percaya diri yang diperoleh sejak masa bayi. Anak-anak yang mengalami rasa percaya diri yang baik cenderung merasa lebih aman dan percaya pada lingkungan sekolah mereka. Mereka merasa bahwa orang-orang di sekitar mereka, seperti teman-teman dan guru, dapat dipercaya untuk mendukung dan membantu mereka.
**Tahap Industri vs. Inferioritas (6-12 tahun)**
Tahap ini adalah tahap perkembangan yang paling relevan dengan anak-anak usia Sekolah Dasar. Pada usia ini, anak-anak mulai berinteraksi lebih banyak dengan teman sebaya dan mengalami peningkatan keterampilan fisik dan kognitif. Erikson menyebut tahap ini sebagai **Industri vs. Inferioritas** karena anak-anak mulai mengembangkan rasa kompetensi dan keterampilan dalam berbagai bidang seperti akademik, olahraga, seni, dan interaksi sosial.
1. **Industri (Kompetensi):** Anak yang berhasil dalam tahap ini akan merasa bangga dan kompeten dalam kemampuan mereka. Mereka mulai merasa dapat mengatasi tugas-tugas dan tantangan yang diberikan kepada mereka, baik di sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari. Rasa percaya diri yang terbentuk melalui prestasi ini akan meningkatkan motivasi mereka untuk belajar dan berinteraksi dengan orang lain.
 Â
2. **Inferioritas:** Sebaliknya, anak yang merasa gagal atau tidak dapat bersaing dengan teman-temannya dalam berbagai aspek (misalnya dalam hal prestasi akademik atau keterampilan sosial) dapat merasa inferior atau kurang mampu. Perasaan inferioritas ini dapat merusak harga diri mereka dan mempengaruhi hubungan sosial serta motivasi belajar mereka.