Mohon tunggu...
Dewi Nurbaiti (DNU)
Dewi Nurbaiti (DNU) Mohon Tunggu... Dosen - Entrepreneurship Lecturer

an Introvert who speak by write

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Masih Perlukah Debat Capres dan Cawapres?

19 Februari 2019   10:20 Diperbarui: 19 Februari 2019   10:24 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Penyelenggaraan acara debat terbuka untuk pasangan Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) Republik Indonesia yang telah menjadi tradisi beberapa tahun terakhir ini tentu memiliki tujuan yang baik. 

Di antara yang menjadi tujuannya adalah agar seluruh masyarakat Indonesia yang telah memiliki hak pilih mengetahui dan memahami dengan jelas apa yang menjadi visi misi maupun program kerja para pasangan calon, dan juga agar rakyat melihat seberapa benar pasangan calon akan menunaikan janji yang terkandung dalam visi misi tersebut. 

Demikian pula dengan gelaran debat Calon Presiden yang ditayangkan secara langsung di beberapa stasiun televisi swasta Minggu (17/2) malam lalu, tentu memiliki tujuan yang sama baiknya dengan yang sudah saya tuliskan di awal paragraph ini, namun apa yang menjadi tanggapan masyarakat dari hari ke hari?

Masyarakat khususnya yang telah memiliki hak pilih, pasca tayangan debat Calon Presiden semuanya memiliki suhu yang sama, yakni panas. Hati dan kepalanya sama-sama panas, sehingga terlihat masing-masing dari mereka tidak mampu lagi untuk berfikir rasional terkait apa yang telah disajikan di acara debat kemarin malam. 

Setiap dari kita memang memiliki unggulan Capres masing-masing, entah berdasarkan apapun itu yang pasti seakan pilihan terhadap salah satu pasangan telah menjadi prinsip yang tidak boleh goyang oleh pihak manapun. 

Hati telah jatuh sejatuh-jatuhnya dan mata telah buta  sebuta-butanya, membuat apa yang dilakukan oleh Capres kita semua adalah benar dan pasangan lainnya tidak ada benarnya sama sekali. Terus saja begitu. Ada ataupun tidak ada acara debat Capres suhunya tetap sama, panas. Seakan apa yang menjadi tujuan acara debat tersebut tidak mungkin lagi tercapai karena apa yang sudah menjadi pilihan akan tetap menjadi pilihan.

Di tengah cara pandang perorangan yang jika boleh saya katakan laksana mengenakan kaca mata kuda, namun tentu masih ada orang-orang lainnya yang mampu bersikap fair dan menjatuhkan hatinya pada pilihan yang tepat sesuai kesamaan nilai yang ada dalam diri Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden dan dalam diri kita. 

Individu yang mampu bersikap netral dan tetap mengamalkan nilai-nilai Pemilihan Umum (PEMILU) yang Langsung Umum Bebas dan Rahasia (LUBER) sepertini saat ini sudah tidak banyak terlihat. Lebih banyak yang dengan gambling menyuarakan Capres mana yang menjadi pilihannya, sekuat tenaga mengatakan Capres pilihannyalah yang terbaik dan terus merendahkan kubu lawan dengan tidak segan-segan menyebarkan berbagai umpatan keburukan.

Inikah Indonesia kita?

Demikianlah mengapa saya angkat judul tentang masih perlukah debat Capres dan Cawapres, toh para pemilih hanya memanfaatkan acara tersebut hanya untuk mengulik lebih dalam tentang kekurangan calon pemimpin bangsa dan menyebarkannya ke seluruh nusantara. 

Pun para pemilih tetap pada pendiriannya yang tidak bisa menerima kekurangan Capres ataupun Cawapres pilihannya, justru bahkan menikam lebih dalam sang pasangan lawan. 

Terus saja begitu, unggulkan sosok yang menjadi pilihan, lalu sebarkan segala kekurangan kubu lawan ke seantero jagat raya, agar semua tahu bahwa pilihan kitalah yang terbaik dan pasangan lawan tidak memiliki sedikitpun kebaikan. Lantas sekali lagi, masih perlukah debat Capres dan Cawapres?

Sebagian kecil mungkin menanti saat-saat debat publik menjadi ajang eksplorasi kedua pasangan calon agar memiliki panduan dalam menentukan pilihan, tetapi sebagian besar lainnya menanti acara debat hanya untuk mencari-cari kekurangan kubu lawan. Inikah mental Bangsa Indonesia saat ini? Memanfaatkan sesuatu yang baik untuk tujuan yang sebaliknya. 

Mungkin benar adanya jika para calon pemimpin bangsa baik Calon Presiden maupun Calon Wakil Presiden menjadi nervous di atas panggun, di hadapan para pendukungnya dan dihadapan seluruh rakyat Indonesia yang telah siap mencacinya karena kealpaan ataupun kecurigaan atas sebuah kekurangan. 

Wajar saja mereka gugup dalam berbicara, banyak gerak tubuh yang tak seharusnya dilakukan, karena usai acara berlangsung mereka harus bersiap dihujani tidak hanya puja puji tetapi juga caci maki. Dari siapa? Dari rakyatnya sendiri yang selama ini mencari penghidupan di Negara ini.

Sudah sepatutnya kita sikapi dengan bijak acara Debat Calon Presiden maupun Calon Wakil Presiden yang sedianya memiliki tujuan mulia yakni memberikan gambaran yang lebih jelas kepada seluruh warga di dunia nyata maupun di dunia maya tentang apa saja yang menjadi Visi, Misi dan Program Kerja calon pemimpin bangsa kita. 

Di mana hasil paparannya yang perlu kita cermati, apakah akan kita pilih atau tidak, bukan untuk disebarkan ke seluruh jagat raya yang sesungguhnya kita juga belum tahu kebenarannya. Artinya apa? Hati-hati fitnah.

(dnu, ditulis sambil ndengerin lagu Peterpan "genggam tangan ku iniii... dan rasakan yang ku deritaaaa...", 19 Februari 2019, 10.08 WIB)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun