Mohon tunggu...
Dewi Nurbaiti (DNU)
Dewi Nurbaiti (DNU) Mohon Tunggu... Dosen - Entrepreneurship Lecturer

an Introvert who speak by write

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Tabloid Bola Pamit, Era Digital Semakin Menggigit

1 November 2018   14:58 Diperbarui: 1 November 2018   15:05 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih ingat betul bagaimana bertahun-tahun lalu seorang teman begitu semangat menenteng Tabloid Bola untuk mencari informasi kemenangan tim sepak bola atas pertandingan semalam yang tidak sempat ia saksikan di televise. 

Tabloid Bola memang menyajikan beragam informasi terkait olah raga ini secara lengkap dan akurat. Di agen-agen penjualan Koran dan majalan, tabloid ini pun menjadi primadona, selain banyak yang mencarinya, tata letak penempatannya pun berada di posisi terdepan. 

Bukan sebuah media massa yang dicetak tanpa alasan, Tabloid Bola hadir dengan spesialisasinya tersendiri untuk merangkul sekian banyak pecinta olah raga bola dari seluruh penjuru tanah air Indonesia.

Sebagai generasi yang tumbuh bersama masa kejayaannya Tabloid Bola, saya turut merasakan benar kesedihan atas terbitnya edisi pamit di akhir Oktober 2018 lalu. Meski sesungguhnya saya bukan pecinta sepak bola dan bukan penikmat Tabloid Bola, namun adanya kenyataan ini cukup membuat saya bersedih. 

Cepat atau lambat, adanya pergeseran budaya hidup masyarakat saat ini memang akan memberikan dampak yang signifikan bagi para pengusaha penerbitan buku fisik maupun media massa cetak. 

Tidak dapat dihindari, pola hidup yang serba digital kini menguasai setiap lini aktifitas sehari-hari. Bukan hanya Tabloid Bola yang sudah tutup buku untuk versi cetakannya, melainkan ada beberapa media cetak lainnya yang telah mendahului tutup buku dan menguatkan di sisi digitalnya.

Perkembangan Revolusi Industri yang kini memasuki era ke 4.0 tengah mengobrak abrik model bisnis perusahaan-perusahaan besar yang telah menggulirkan roda bisnisnya puluhan tahun lamanya, melalui tumbuhnya beragam perusahaan rintisan yang kehadirannya sungguh menjadi pesaing perusahaan besar. 

Seiring dengan hal tersebut budaya kehidupan sehari-hari masyarakat juga mulai berubah, serba ingin instan, serba ingin praktis, hingga serba ingin tidak dikekang alias bebas berkreasi. 

Saat ini seseorang sudah sampai pada tahap tidak ingin menggerakkan kaki untuk dapat menikmati makanan yang diinginkan. Tidak ingin menghabiskan banyak waktu di luar rumah hanya untuk menyelesaikan satu pekerjaan, dan juga sudah sampai pada tahap merasa tidak bisa hidup jika tidak ada paket data internet.

Semua sudah serba digital, termasuk juga dalam kegiatan memperkaya informasi melalui aktifitas membaca, yang tidak lagi dilakukan dengan menyentuh lembaran-lembaran kertas bersuara "kreseeekk" jika dibalik per halaman. 

Buku fisik kini sudah bertransformasi menjadi ebook, demikian pula media massa dalam bentuk cetak, kini sudah berganti dengan sajian apik di layar telepon pintar melalui aplikasi atau website yang menyenangkan. 

Dengan semakin majunya era revolusi industri ini, mau tidak mau para pelaku industri memang harus berbenah diri untuk menyesuaikan kondisi. Bagaimana mungkin tetap mencetak koran jika pembacanya saat membaca tablet merasa lebih nyaman?

Kemajuan Teknologi Informasi yang begitu cepat memang akan menggeser sebagian jenis pekerjaan, namun dampak positifnya akan menciptakan beberapa jenis pekerjaan baru. Sebagai penikmat kemajuan zaman dan sebagai seseorang yang ingin terus maju, sudah sepatutnya kita menyesuaikan diri dengan perubahan yang terus terjadi. 

Penyesuaian diri dapat dilakukan dengan cara memperhatikan keterampilan seperti apa yang dibutuhkan pada masa ini, sehingga kita dapat membekali diri dengan keterampilan tersebut, agar dapat tetap dapat berjalan mengikuti perkembangan arus yang ada. 

Hal ini tidak hanya berlaku bagi para individu pencari kerja, tetapi juga bagi para pelaku bisnis baik yang masih dalam tahap rintisan hingga yang sudah menjadi sebuah perusahaan besar.

Setiap pelaku industri atau pelaku bisnis perlu melakukan penyesuaian diri, perlu lebih jeli melihat apa yang menjadi kegemaran dan minat konsumen. Seperti halnya Tablod Bola, ia telah paham benar bagaimana penggemarnya kini bertransformasi ke arah kegemaran membaca melalui layar telepon pintar, maka ia kuatkan informasi Bola melalui sajian digital, dan mencukupkan sajiannya melalui bentuk cetakan yang kini sudah mulai ditinggalkan. 

Tidak hanya memahami konsumen, pelaku bisnis juga perlu memahami apa yang bergerak maju setiap detiknya, apa yang terjadi dengan lingkungan dan pasarnya. Tingkat sensitifitas yang baik sangat dibutuhkan untuk dapat meneruskan bergulirnya roda bisnis perusahaan.

Menjadi pribadi sensitif pada hal-hal yang positif akan membawa kita mampu berdiri di waktu yang tepat dan tempat yang tepat, walau di tengah situasi yang kerap berubah-ubah.

(dnu, ditulis sambil minum teh kotak gratisan, 1 November 2018, 11.27 WIB)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun