Selama tidak merugikan diri kita dan tidak ada pihak-pihak lain yang dirugikan atas suatu keputusan yang diambil oleh seseorang, maka sudah sepatutnya tidak perlu ada orang lain yang usik atas keputusan tersebut. Apakah saat ini masih banyak orang yang ingin tahu urusan hidup orang lain? Banyak sekali. Mulai dari hal-hal yang tidak penting hingga yang paling penting sekalipun.
Contoh paling sederhananya seperti yang saya alami di suatu sore saat berbuka puasa. Ketika ingin menikmati sepiring makanan yang menunya saya pilih sendiri berdasarkan minat hati dan keputusan pandangan mata atas nikmatnya suatu makanan, ada seorang Ibu yang rasa pedulinya terhadap saya begitu tinggi sehingga amat mengganggu.
Telah duduk dihadapan saya seorang Ibu paruh baya dan anak perempuannya seusia saya. Mereka tengah asik makan berdua dengan saling bertukar menu, antara gado-gado dengan mie ayam. Duduklah saya di kursi depan mereka yang kebetulan kosong saat itu, sambil membawa sepiring makanan berisi nasi putih, 1 ekor ikan bandeng goreng, sedikit sambal dan guyuran kuah sayur asem yang hampir tak terlihat wujudnya. Sangat benar sekali saat itu makanan yang saya pilih sangat terlihat simpel, minimalis atau bisa jadi ada yang berpendapat hemat atau pelit.Â
Apapun pendapat orang saya berusaha abai, karena kegemaran saya santap pagi, siang ataupun malam adalah seperti itu. Tidak penting terlalu banyak nasi dan banyak macam lauknya, karena yang paling penting bagi saya adalah saya mampu menghabiskan makanan yang telah saya ambil. Fyi, menghabiskan sepiring makanan adalah hal yang amat sangat berat buat saya hahaha...
Pun terhadap komentar ibu tersebut, awalnya sudah saya abaikan dan saya tanggapi dengan bercanda, tetapi lama-lama saya jadi ingat lirik lagunya Bunga Citra Lestari yaitu "ku ingin marah... melampiaskan, tapi ku hanyalah sendiri di sini... ingin ku tunjukkan pada siapa saja yang ada, bahwa hatiku kecewaaaa......" hahaha.... Ya, saya sangat kecewa dengan komentar ibu cantik itu.
Apa sih komennya? Ini dia :
"Hahaha... si mbak kayak kucing ya makannya... hahaha... kaya kucing di rumah saya tinggal dilemparin ikan sepotong doyan hahahaha..... "
Itu komentarnya.
Ia berbicara kepada anaknya dengan lantang di depan muka saya, wkwkwkkww..... Awalnya saya ikut tertawa, tapi karena sang Ibu berkali-kali mengulang perkataannya itu, lama kelamaan saya risih "kok Ibu ini ga sopan ya... kok ngomongnya gitu ya...". Akhirnya saya diam dan menanamkan dalam hati bahwa Allah SWT menciptakan makhluknya berbeda-beda, ada yang baik dan ada yang rese macam di Ibu itu. Selanjutnya saya mulai menikmati santapan yang telah saya ambil, dengan target mampu menghabiskan, karena berat badan 50 kg harus saya capai di tahun 2018 ini, setelah bertahun-tahun lamanya gagal dicapai hahahahah....
Akhirnya Ibu tersebut pun diam. Anak perempuan yang ada disampingnya terlihat tidak menggubris komentar sang Ibu yang ditujukan kepada saya.
Singkat cerita, Ibu dan anaknya selesai makan terlebih dahulu dan sekaligus meninggalkan meja makan lebih dulu dari saya. Sang ibu bergegas pergi dan menuju meja kasir untuk melakukan pembayaran, sementara sang anak berjalan agak lambat di belakangnya. Sebelum meninggalkan meja yang masih ada saya di sana, Mbak Cantik yang merupakan anak dari Ibu tersebut mengatakan sesuatu kepada saya yang membuat saya terperanjat dan membuat saya teringat lirik lagunya Kang Judika "jangan sampaaiiiiii...hingga waktu perpisahan tibaaaa... dan semua yang tersisa hanyalah air mata... hanya air mata... Mungkin saja... cinta kan menghilang selamanyaaa... dan semua yang tersisa hanyalah air mataa.... Hanya air mata... cintaaaaaa.........."
Hm... sebenernya tidak nyambung sih kata-kata dari Mbak Cantik itu dengan lagunya Akang Judika hahahaha.....
Si Mbak itu bilang ke saya "Mbak... saya minta maaf ya kalau Mama saya ada salah ngomong atau apa...."
Wow, luar biasa si Mbak Cantik, kok pandai meminta maaf ya? Pasti ini hasil didikan sang Mama, eh tapi kok Mamanya begitu ya hahaha... ah sudahlah yang penting ada yang sudah tahu perasaan saya ketika dikomentari seperti kucing, bahwa "aku sakiitt... aku sakit hati... kau terbangkan ku ke awan lalu jatuhkan ke dasar jurang...." (yang ini lagunya Yovi Nuno hahaha....").
Jadi.....
Di maghrib yang sendu itu saya belajar... bahwa, kita tidak perlu terlalu banyak mengomentari hidup orang lain, apa-apa yang dilakukan oleh orang lain dan apa-apa saja yang diputuskan oleh orang lain, selama hal tersebut tidak merugikan kita secara pribadi dan kita juga mengetahui tidak ada pihak-pihak lain yang dirugikan atas keputusannya.
Kadang kita boleh berhalusinasi dengan berada pada posisi orang tersebut, agar kita dapat sedikit berfikir mengapa ia mengambil keputusan seperti itu, namun akan tetap saja ada alasan-alasan tertentu yang hanya diketahui oleh yang bersangkutan, tidak oleh orang lain.
Maka akan menjadi kurang elok jika kita berprasangka buruk terhadap keputusan-keputusan orang lain yang sesungguhnya kita tidak pernah tahu ada alasan apa yang melatarbelakanginya. Pun sangat tidak elok jika kita berani-beraninya menghakimi keputusan orang lain dengan menganggap keputusan tersebut adalah keputusann yang salah.
Jangan pernah lupa ya gaes..., kita tidak akan pernah bisa menjadi mereka, maka biarkan mereka berbuat sesuai kata hatinya, selama itu baik untuk dia dan lingkungannya, maka tidak ada sesuatu yang perlu kita persoalkan.
Banyak kejadian dalam kehidupan sehari-hari tentang keputusan-keputusan yang diambil oleh orang lain yang lantas membuat kita bertanya-tanya "Kenapa? Kok ambil keputusan seperti itu? Keputusan itu salah, kamu hanya emosi!, Jangan mutusin seperti itu, nanti kamu menyesal!"
Gaess... sekali lagi, hormati apa yang telah menjadi keputusan orang lain, karena apa? Kita tidak akan pernah bisa jadi mereka. Ingin berada di posisinya sebentar saja untuk mengetahui alasannya? Tetap tidak akan bisa, karena kamu adalah kamu dan saya akan tetap menjadi saya.
Tidak perlu serba ingin tahu terhadap kehidupan orang lain. Tidak perlu serba ikut berkomentar terhadap kehidupan orang lain. Â Jika sifatnya ingin mengingatkan boleh saja, namun tetap tidak berlebihan yang menjurus pada intervensi dan penghakiman.
Jalani saja hidup masing-masing untuk meraih keberkahan, mencium wanginya surga lalu dipersilakan memasuki surganya Allah SWT melalui pintu mana saja. Itu yang paling penting. Closed.
(dnu, ditulis sambil nonton disney junior, 6 Juni 2018, 21.00 WIB)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H