Mohon tunggu...
Dewi Nurbaiti (DNU)
Dewi Nurbaiti (DNU) Mohon Tunggu... Dosen - Entrepreneurship Lecturer

an Introvert who speak by write

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Keasyikan Membaca Koran yang Tak Terbeli oleh Gawai

6 Desember 2017   08:13 Diperbarui: 6 Desember 2017   12:12 2307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: https://madmikesamerica.com

Saat ini teknologi telah menjadi bagian dari hidup manusia yang tidak dapat dihindari, kecanggihannya telah menyelimuti seluruh sisi aktivitas manusia mulai dari bangun tidur hingga akan tidur lagi. Banyak hal konvensional yang dewasa ini menjadi mati suri akibat keganasan perkembangan suatu teknologi, mulai dari bisnis ritel yang tergantikan dengan bisnis dalam jaringan (daring/online), perbankan yang mulai tergerus dengan aplikasi keuangan, begitu juga dengan industri surat kabar cetak yang mulai terlupakan karena tersedianya berita-berita dalam jaringan yang begitu mudah diakses dan dinikmati.

Kemajuan zaman saat ini memang sangat memudahkan bagi kehidupan manusia, di mana kita tidak perlu lagi pergi berbelanja ke pasar atau pusat perbelanjaan, dan juga tidak perlu membeli koran, karena apa yang ingin kita baca telah tersedia di gawai (gadget) yang selalu ada di tangan. Tetapi apakah metamorfosa kehidupan manusia yang diakibatkan oleh perkembangan teknologi ini mampu menggeser seluruh aktivitas konvensional? 

Tentu saja tidak, karena bagi sebagian orang melakukan hal-hal yang "seperti zaman dulu" selain memiliki daya tarik tersendiri juga memiliki nilai-nilai kepercayaan tersendiri. Sebut saja membaca berita, bagi sebagian orang sudah sangat nyaman membaca berita melalui gawai yang hadir dengan segala kemudahan dan kelebihannya. Tetapi bagi sebagian lainnya membaca berita melalui surat kabar cetak atau koran tetap memiliki keasyikan tersendiri yang tidak terbeli oleh gawai yang mahal sekalipun.

Adalah saya sebagai satu dari sekian orang yang saat ini masih sangat menikmati membaca berita di koran. Di antara keasyikan yang benar-benar bernilai adalah mencium aroma kertasnya, mendengar suara "kreseekk...." saat membolak-balik halamannya, melipatnya, membaca penggalan berita di halaman depan yang memiliki ujung kalimat "bersambung ke halaman 15 kolom 4 dan 5" ah... benar-benar seru dan mengasyikkan. 

Saat kecil dulu saya terbiasa menghitung kolom berita di koran agar dapat membaca sambungan berita dari halaman utama, dan hingga kini kebiasaan menghitung kolom tersebut masih menjadi salah satu hal yang amat dirindukan dan mahal untuk ditinggalkan. Kalau di gawai semuanya serba mudah, tinggal gerakkan layar ke atas dan ke bawah maka isi berita akan tampak seluruhnya, atau tinggal tekan menu halaman selanjutnya maka sambungan berita akan segera ditemukan.

Menikmati cuitan-cuitan menggelitik dari redaksi surat kabar yang biasanya hanya berupa kolom kecil di pojok halaman juga menjadi hal sederhana yang asyik dan selalu dicari. Sajian iklan jual mobil, tanah, elektronik, dan lain-lain yang ditampilkan dengan desain kolom berbaris kecil-kecil dengan warna hitam putih adalah hal-hal seru yang hanya dapat ditemukan di surat kabar. 

Kolom lainnya yang juga khasnya surat kabar adalah kolom bertajuk "Acara Hari Ini", yaitu jadwal penayangan acara dari beberapa stasiun televisi swasta. Saat kecil dulu saya senang sekali melihat jadwal acara televisi ini, hanya untuk mencari suatu judul film kartun yang sebenarnya saya sudah hafal kapan jadwal tayangnya, tapi tetap senang saja mengurutkan jari telunjuk dari atas ke bawah lalu bergerak ke samping untuk menemukan film yang saya cari haha...

Kolom surat pembaca juga menjadi salah satu kolom penting bagi warga, di mana pada kolom tersebut keluhan-keluhan disampaikan dan akan menjadi pertanda bahwa suatu masalah telah amat luar biasa jika sudah ada pengaduan di kolom surat pembaca media massa. Dapat dibayangkan, pada masa itu orang-orang yang ingin menyampaikan keluhan melakukannya dengan cara mengirim surat dan berharap akan segera naik cetak di surat kabar yang ditujunya. 

Selanjutnya tinggal menanti tanggapan dari pihak yang dikeluhkan. Seiring dengan berjalannya waktu pengiriman keluhan dari surat konvensional berubah menjadi surat elektronik, namun kini keduanya sudah ditinggalnya, melainkan saat ini orang-orang telah terbiasa menyampaikan keluhannya melalui akun pribadi di media sosial. Bagaimana dampaknya? Luar biasa.  

Dari sisi promosi dan penjualan, pemasangan iklan di surat kabar saat ini sudah menurun drastis, sedikit sekali ditemukan iklan-iklan produk yang memadati bagian bawah halaman. Saat menemukan iklan film terkini yang akan tayang di beberapa bioskop, di situ juga saya mendapati keasyikan tersendiri dibandingkan dengan hal yang juga kadang saya lakukan yaitu menjelajah dunia maya dan mencari jadwal film di bioskop-bioskop tertentu. 

Iklan film di surat kabar cukup mampu membawa nuansa tempo dulu hadir di masa kini, di mana promosi tayangan sebuah film dalam surat kabar pada masa-masa tahun 1980-1990 menjadi salah satu tolak ukur yang cukup penting bagi penikmat dunia perfilman. Orang-orang mencari judul-judul fim tertentu yang katanya akan tayang "di bioskop kesayangan Anda".

Kemarin saya membeli surat kabar Kompas yang dijajakan di pinggir jalan, membaca beberapa judul beritanya, melihat foto-foto beserta penjelasan singkatnya, dan hal ini saya lakukan di sebuah Rumah Sakit sambil menunggu panggilan dari Dokter. Saya menjadi anomali. Saya beda sendiri. Orang-orang di sekitar beberapa kali saya tangkap basah tengah memperhatikan saya yang begitu sering membolak balik kertas koran tersebut. 

Mungkin pemandangan seperti ini sudah jarang sekali ditemukan, sedikit sekali orang-orang menghabiskan waktunya untuk membaca koran, sambil menyilangkan satu kaki, kedua tangan terbuka memegang lebarnya kertas koran, lengkap dengan kepala yang sesekali bergerak ke kanan dan ke kiri pertanda tengah membaca seluruh halaman kertas yang dipegangnya.

Membaca komik singkat yang tersedia di salah satu pojok kolom surat kabar juga menjadi keseruan tersendiri, dengan judul-judul komik yang tidak biasa, penokohan yang akhirnya menjadi simbol fenomenal, kisah-kisah dengan dialog singkat yang penuh dengan sindiran, adalah kesederhanaan yang sulit sekali didapatkan selain di surat kabar.

Sampai dengan saat ini saya masih senang membaca koran, dengan urutan halaman yang tak beraturan, mulai dari berita yang disukai terlebih dahulu sampai dengan berita-berita yang kurang diminati tapi telah tersaji. Deretan huruf bertinta hitam di atas kertas putih agak buram sejatinya cukup meneduhkan mata. Karena penglihatan yang baik dan nyaman akan memperpanjang daya ingat atas tulisan yang dibaca, dan jika demikian adanya maka pemahaman terhadap isi bacaan akan mudah dilakukan.

Masihkah kamu ingat bayangan kehidupan masa lalu tentang pagi yang berkualitas adalah yang diisi dengan duduk di teras rumah, menikmati secangkir kopi hangat sambil membaca koran? Atau adalah sore yang indah jika diisi dengan duduk di teras rumah, menyeruput secangkir teh manis hangat sambil membaca koran?

So, kangen baca koran nggak?

Kolom apa yang paling kamu ingat di antara belasan halaman koran?

(dnu, ditulis sambil baca koran bareng-bareng sama Bapak, 6 Desember 2017, 07.59 WIB)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun