Mohon tunggu...
Dewi Nurbaiti (DNU)
Dewi Nurbaiti (DNU) Mohon Tunggu... Dosen - Entrepreneurship Lecturer

an Introvert who speak by write

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mending Ngaji daripada Ngurusin Afi

1 Juni 2017   20:46 Diperbarui: 1 Juni 2017   23:28 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mohon berpaling, ini ujian. Fenomena blogger cilik dengan tulisan-tulisannya yang aduhai kian hari banyak menuai kontra di sana sini. Saya tak ingin membahas panjang lebar siapa Afi dan apa dengan Afi, melalui tulisan pendek ini saya hanya ingin mengajak kita semua untuk segera berpaling. Karena apa? Ini ujian. 

Afi ini ujian lho bagi kita semua, di tengah bulan suci yang begitu indah nuansanya, secara tiba-tiba Indonesia dikagetkan dengan munculnya seorang anak SMA yang menyebarkan tulisannya hingga viral ke mana-mana. Seperti halnya dengan konten-konten yang lain, di mana pro dan kontra itu selalu saja ada. Begitu juga dengan munculnya Afi Nihaya Faradisa, tidak sedikit netizen yang terus saja mengecam, mem-bully, memojokkan bahkan melakukan hal-hal mengerikan lainnya. Kapan semua itu dilakukan? Saat ini masih berlangsung, di bulan suci Ramadhan. 

Ini bulan baik lho, bulan yang penuh dengan keberkahan. Jangan kotori bulan yang hanya datang satu tahun sekali ini dengan aktifitas yang tidak penting. Jika pemikiran Afi memang tidak seirama dengan kita, cukuplah kita sekali mengingatkannya, dengan kerendahan hati yang paling rendah. Bukan dengan mem-bully atau mengatakan hal-hal buruk lainnya. Lalu jika pemikiran Afi ternyata senada dengan kita punya kepala, tak perlulah rasanya kita membela habis-habisan, toh Afi sudah bisa hidup baik-baik dengan keluarganya yang sudah pasti membelanya. 

Kita sedang berpuasa lho, tapi dengan penuh kesadaran kita terus saja menyebarkan kebencian melalui media sosial. Jika memang tujuannya untuk meluruskan maka bisa disampaikan dengan cara yang elegan, dan cara yang elegan adalah dengan tanpa umpatan-umpatan. Jika memang tujuannya untuk memberitahukan mana yang benar dan mana yang salah, maka lakukanlah dengan hati yang rendah dengan tanpa amarah dan menimbulkan pikiran-pikiran baru yang resah. 

Hendaknya kita bisa meraih banyak pahala di bulan baik ini lho, kok malah terus menerus menebar energi negatif. Bukankah kita lebih baik mengaji dari pada mengurusi Afi? Tak perlu lah keki ketika Afi di wawancara televisi, toh Sinta Jojo sang youtuber dadakan juga pada akhirnya menghilang. Biarkanlah Afi menikmati masa gemilangnya saat ini berkat tulisan-tulisannya yang cukup berani itu. Anggap saja Afi adalah blogger dalam varian baru yang turut menyemarakkan dunia tulis menulis di negeri ini. Terkait isi tulisannya yang melenceng dari akidah? Untuk hal ini tugas kita adalah mengingatkan, bukan memberondong dengan bully-an. Sudah diingatkan namun justru keras kepalanya memuncak? Abaikan. Tak perlu lagi ditantang hingga menimbulkan perang-perangan.  

Kita sedang menyambut hari kemenangan lho, kok malah mikirin Afi tiada henti? Dia jadi tambah terkenal toh? Sadarkah bahwa kita mengambil andil yang cukup besar atas ketenarannya saat ini? Ya, tanpa disadari. Maka cukupkanlah kebinaran masa mudanya Afi, toh kita semua sudah paham bahwa akidahnya berbeda dengan kita. Memang sangat perlu kita mengingatkannya terkait hal yang seperti ini, namun jika sudah diingatkan tapi justru hanya keras kepala yang muncul maka kita cukup mendoakannya dari jauh saja. Apa isi doanya? Agar dia kembali ke jalan yang benar. 

Kita masih perlu banyak bekal untuk di akhirat lho, maka mulai sekarang berhentilah mencibir, memojokkan, apalagi menindasnya dengan halus. Karena apa? Mendingan kita ngaji dari pada ngurusin Afi. Yuk, sudah juz berapa? 

(dnu, ditulis sambil ndegerin tik tik tik bunyi hujan di atas genteng...., 1 Juni 2017, 20.25 WIB)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun