Bakat itu bukan takdir. Kepandaian juga bukantakdir. Begitu pula dengan kemampuan diri dalam melakukan sesuatu yang jugabukan takdir. Semuanya akan berdiam menjadi nasib jika seseorang tidak berupayamengubahnya. Ketertinggalan, keterbelakangan dan kerendahan kompetensi diriakan semakin mengakar jika kita tidak berusaha meningkatkannya. Kemauan untukberubah menjadi pribadi yang lebih baik adalah kekuatan yang dapat mengubahkehidupan seseorang dan orang lain menjadi lebih baik dan lebih maju.Â
 Demikian pula dengan kita, seorang pekerjakantoran, seorang guru, seorang penyanyi, seorang penari, ilmuwan, arsitek danseorang apapun kita jika tidak berkeinginan kuat untuk meningkatkan kompetensidiri maka tidak akan menjadi apa-apalah kita di hari-hari berikutnya. Hanyalahir, hidup, tumbuh, namun tidak berkembang. Lalu menunggu mati dan hanya adasepotong kayu berdiri di atas pusara bertuliskan nama kita. Tanpa ada yangmengenang kita satupun, bukan karena kita pahlawan untuk dikenang tapi karenakita pernah bermanfaat bagi orang lain melalui kegigihan kita meningkatkankompetensi diri.
 Pada hakikatnya meningkatkan potensi diri adalahmengembangkan kemampuan yang telah ada dalam diri kita masing-masing. Untukapa? Jika dikaitkan dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional makapengembangan diri yang kita lakukan dapat diarahkan untuk membantu pemerintahuntuk pendidikan Indonesia yang lebih baik.
Keberlangsungan pendidikan Indonesia sejatinyamemang menjadi tanggung jawab pemerintah, namun kita tidak boleh menutupsebelah mata bahwa sesungguhnya pendidikan adalah tanggung jawab bagi semuaorang yang terdidik. Siapapun itu yang menaruh empati dan keinginan besar untukturut memajukan pendidikan Indonesia hendaknya perlu didukung dan ditirusemangatnya.
Bukti nyata untuk turut memajukan pendidikanIndonesia bisa dilakukan dengan mengembangkan potensi yang ada di dalam diri kitamasing-masing untuk selanjutnya kita tularkan atau kita bagikan kepada oranglain, termasuk juga kepada generasi penerus yang ada dibawah kita. Segenapkemampuan yang dibawa sejak lahir, lalu diasah dan semakin dipertajam maka akanbermanfaat bagi orang lain yang membutuhkan.
Berbagi ilmu dan pengalaman merupakantahapan-tahapan sederhana sebagai kontribusi kita bagi pendidikan Indonesia. Misalnyadengan menjadi mentor anak, pendidik atau motivator bagi orang lain adalahbentuk berbagi pengetahun demi kemajuan orang lain. Hal ini dapat dilakukandalam suasana apa saja, tidak dalam harus suasana yang formal namun dalamkondisi yang santai sekalipun memotivasi orang lain tetap bisa dilakukan.Dengan menyadari potensi yang ada di dalam diri kita masing-masing maka denganmudah kita bisa mengembangkannya agar lebih bermanfaat untuk orang lain danmemberikan arti hidup yang sebenarnya bagi keberlangsungan kita di dunia ini.
Hidup ini untuk apa sih kalau bukan untukmemberikan manfaat bagi sesama? Dengan meningkatkan kompetensi diri, lalubergerak turut ambil bagian untuk memberikan kontribusi yang positif baginegara ini maka kita telah mulai mengembalikan apa yang selama ini kita ambildari bumi pertiwi. Apa yang pernah kita ambil? Ilmu. Sepanjang kita menempunpendidikan yang berlapis-lapis jenjangnya mulai dari tingkat SD, SMP, SMAhingga perguruan tinggi, maka sudah selayaknya saat kita telah bisa berdirisendiri dengan berbekal berbagai ilmu yang kita miliki, kita segera bergerak,balik badan, memberikan kembali berbagai bidang keilmuan yang kita kuasai untukpara anak didik penerus negeri ini.
Peringatan Hari Pendidikan Nasional hendaknya tidakhanya diperingati berulang setiap tahun tanpa ada perubahan di dalam diri kitayang berdampak bagi pendidikan anak Indonesia. Dampak bisa secara langsungmaupun tidak, yang pasti apapun yang kita lakukan sebisa mungkin memilikienergi positif bagi kelangsungan pendidikan para penerus bangsa. Lantas apa sihyang anak Indonesia butuhkan saat ini? Salah satunya adalah mereka membutuhkanfigur yang positif. Figur yang mampu mengajarkan mereka tentang makna hidup,mengisi hidup dan menjalani hidup dengan nilai-nilai positif yang bukan berupaangka namun perilaku yang bisa membawa Indonesia menjadi negara maju denganpondasi akhlak mulia semua masyarakatnya.
Mari bersama-sama kita telaah lagi perjalanan hidupyang telah kita tempuh selama ini. Sudahkah bermanfaat bagi orang lain?Sudahkah apa yang kita lakukan menjadi pendidikan yang baik bagi orang lain?Tentu kita belum sempurna, maka mari bersama kita lakukan sebuah aksi nyatamulai dari yang paling sederhana. Untuk siapa? Hanya untuk anak Indonesia.
Â
(dnu, ditulis sambil makan lontong isi oncomkombinasi roti coklat keju, 2 Mei 2016, 09.10 WIB)Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H