Hasil membaca malam ini (9/4), dari surat kabar Pikiran Rakyat terbitan satu minggu yang lalu, membuat saya tergesa untuk membagikan pesan yang saya dapat di dalamnya.
Ini tentang passion/minat/gairah/renjana yang patut dikejar jika menginginkan hidup yang lebih hidup.
Sosok yang dibahas pada kolom Geulis kali ini adalah seorang wanita bergelar Dokter, lulusan Universitas Maranatha Bandung dengan predikat cum laude. Namun yang diangkat bukan mengenai sepak terjangnya dalam menolong pasien, melainkan kesuksesannya mengejar passion. Yang ternyata bukan di bidang kesehatan, tapi berjualan kain batik.
Cukup setahun Lucyawati menjalani masa dinasnya sebagai tenaga kesehatan, namun ditengah pengabdiannya tersebut ia merasakan ada satu sisi hidupnya yang terasa lebih bergelora, yakni meneruskan usaha batik milik keluarganya.
Pelajaran penting yang saya dapatkan dari ulasan ini adalah betapa Bu Dokter ini merasa hidupnya datar-datar saja kala menjadi tenaga kesehatan. Saat ada pasien datang dengan keluhan penyakit, lalu ia periksa dan dilajutkan dengan memberikan obat, lalu pasiennya bergegas pulang. Nyaris sang dokter tak mengetahui kelanjutan hidup pasien tersebut, apakah masih sakit atau sudah sembuh, karena tidak lagi berkomunikasi.
Lain halnya dengan yang ia rasakan saat bergelut di toko batik milik keluarganya itu, yang sejak kecil Lucyawati kerap membantu kedua orang tuanya. Saat bertemu dengan para pelanggan ia merasakan relasinya lebih hidup, karena banyak berbincang yang membuat Lucyawati kini banyak pengetahuan diantaranya tentang sejarah motif batik.
Itu semua ia dapatkan karena kehidupan yang menurutnya lebih dinamis saat menjadi pedagang kain batik dibandingkan dengan menjadi Dokter. Walau banyak melahirkan pertanyaan bagi banyak orang karena meninggalkan profesi bergengsinya, Lucyawati tetap memutuskan untuk berhenti praktek sebagai Dokter dan mulai meneruskan bisnis kain batik yang menjadi minatnya.
Hidup adalah pilihan, apapun pilihan yang diambil kita harus siap dengan segala resikonya. Selain itu passion memang sesuatu yang sebaiknya kita explore lebih dalam lagi. Karena ada pepatah yang mengatakan, jika kita mengejar passion maka uang akan mengikuti kita. Dan sebaliknya jika kita hidup hanya untuk mengejar uang maka bersiaplah kita akan hidup di luar lingkaran minat dan kegemaran.
Passion adalah gairah hidup. Pahami dengan benar apa yang membuat hidup kita bersemangat dan bergairah dalam setiap putaran detiknya. Jika telah menemukan jawaban atas apa yang sebenarnya menjadi passion kita, sebaiknya raih dan menangkan sesegera mungkin. Karena apa? Pagi kita akan menjadi cerah ceria penuh warna dan semangat yang luar biasa jika selalu ada kegemaran di depan mata yang menanti kita melunasinya mulai dari membuka mata hingga malam tiba.
Â
Temukan passionmu dan... menangkan!!!
(DNU, ditulis sambil baca koran Pikiran Rakyat yang membuka Pikiran saya bahwa dalam hidup kita harus banyak mikir bukan nyinyir hihi... 9 April 2016, 19.39 WIB)
[caption caption="Lucyawati, dokter yang bertransformasi menjadi pengusaha kain batik"]
[/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H