Mohon tunggu...
Dewi Nurbaiti (DNU)
Dewi Nurbaiti (DNU) Mohon Tunggu... Dosen - Entrepreneurship Lecturer

an Introvert who speak by write

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan Heboh karena Euforia, Ini Masalah Nyawa!

14 Januari 2016   14:50 Diperbarui: 14 Januari 2016   15:37 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bisa dibilang heboh karena ikut-ikutan massa, ada berita keramaian sedikit langsung ikut-ikutan menyebarkan info yang sesungguhnya belum dipahami. Kebanyakan hal ini terjadi hanya karena faktor latah atau ketularan trend yang tak berkiblat.

Begitu ada bom di Jakarta langsung saja lahir hastag pray for Jakarta, save Jakarta atau apapun yang berkaitan dengan Jakarta. Bagaimana kalau granat itu tidak meledak di Jakarta?? Bisa jadi tak ada seorang pun yang mendoakan Ibu Kota negara dengan narsisnya beserta tanda pagar dimana-mana.

Kita semua orang terpelajar, pernah mengenyam bangku pendidikan yang tentu levelnya banyak yang tinggi-tinggi, dan kita semua orang beragama, memiliki keyakinan dan kepercayaan, so janganlah mudah terhasut pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Ada isu yang beredar “ancaman bom juga ada di Kuningan....” langsung saja serta merta dengan tanpa pikir panjang kita broadcast kemana-mana yang kita juga belum tahu kebenarannya.

Berfikirlah dahulu sebelum menjadi bagian dari keramaian yang sesungguhnya hanya memperkuat suasana menjadi keruh. Siapapun yang tengah berfikir untuk mendamaikan suasana menjadi terganggu dengan peredaran info palsu dari berbagai penjuru. Seolah-olah turut prihatin dengan keadaan tapi apa akibat dari perbuatan menyebarkan info ke khalayak ramai. Tentu belum banyak yang sadar akan hal-hal ini;

1. Ingatkah bagaimana perasaan ketakutan yang amat mendalam dari orang-orang yang berada di suatu daerah yang diisukan turut menjadi titik incaran ancaman bom? Yang padahal belum jelas 100% kebenaran informasi tersebut.

2. Bagaimana dengan para invenstor yang pasti batal berinvetsasi di Indonesia karena huru hara yang ramai dimana-mana. Karena apa? Kita turut bersorak sorai melalui broadcast sana sini tentang sebuah informasi yang sekali lagi belum tentu benar adanya!

3. Dollar pasti akan terus menanjak cantik karena hal ini.

4. Bagaimana dengan para orang tua di luar Jakarta yang memiliki anak di Jakarta lalu mendengar kabar “Jakarta darurat... siaga satu.... ada bom disana.... ada bom disini... jangan lewat sana.... jangan lewat sini.....”. Bagaimana cemasnya merekaa?? Sekali lagi, bagi yang telah ikut dengan aktif menyebarkan isu-isu yang belum jelas kebenaranya, berarti kita juga telah turut menyumbang kecemasan para orang tua.

5. Ingatkah bahwa suasana yang keruh seperti ini akan sangat mudah hoax bermunculan dimana-mana? Maka, bijaklah menyikapi informasi apapun yang kita terima.

Ini masalah nyawa, jangan pula dengan bersuka hati menyebarkan video atau foto-foto korban suatu kekerasan dan musibah. Bayangkan itu adalah kita atau saudara kita atau orang tua kita! Apa rasanya??? Dan apapula maksud dari menyebarkan foto-foto tersebut? Sebagai informasi agar orang lain berhati-hati karena telah terjadi pengeboman di suatu tempat dan ini adalah salah satu korbannya? Bukan begitu caranya. Masih banyak cara yang lebih elok dan baik hati jika ingin mengingatkan satu sama lain.

Lalu apa sebenarnya yang dirasakan saat menonton video orang ketakutan karena ada bom di dekatnya?? Terikan bersahutan, melihat orang berlarian tanpa arah, menangis, menjerit... Tega menontonnya? Tega menyebarkannya??

Mereka bukan sedang bermain film atau drama. Mereka adalah korban bencana! Musibah! Mereka adalah orang-orang yang butuh pertolongan lahir dan batin. Bukan perlu untuk ditonton dan dikasihani.

Please respect!

 

#DNU

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun