Mohon tunggu...
Dewi Nurbaiti (DNU)
Dewi Nurbaiti (DNU) Mohon Tunggu... Dosen - Entrepreneurship Lecturer

an Introvert who speak by write

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Mengapa Lebih Galak yang Berhutang?

6 Januari 2016   20:33 Diperbarui: 6 Januari 2016   20:56 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Saya pernah mendengar pendapat bahwa kehidupan masa kini identik dengan berhutang dan kepemilikan kartu kredit. Kalau tidak memiliki kartu kredit terkesan gaya hidupnya tidak asik atau tidak mencapai langit.

Aktifitas pembelian sandang, pangan, maupun papan kini umum dibeli dengan cara berhutang. Bukan hanya membeli rumah, tapi dewasa ini tak sedikit individu yang kegiatan makan siangnya saja dengan cara menggesek kartu kredit.

Mungkin perkembangan zaman yang semakin edan memaksa seluruh harga sandang, pangan maupun papan tak begitu mudah dijangkau bagi sebagian orang. Jadilah mereka yang membutuhkan terpaksa memenuhinya dengan cara berhutang.

Dalam kehidupan sehari-hari pun kadang kita terlibat dalam dunia perhutangan, baik kita sebagai penghutang ataupun yang memberi hutang. Apakah ada yang punya pengalaman memberi hutang tapi susaaahh sekali mengharapkan uang kita kembali ke pelukan? Mungkin banyak ya.

Tidak sedikit orang yang mengingkari janjinya untuk menepati dalam hal pembayaran hutang. Saat mengajukan pinjaman begitu memelasnya sampai-sampai bersumpah sana sini untuk meyakinkan kita bahwa uang akan dikembalikan tepat pada waktu tertentu.

Repotnya lagi jika yang memohon untuk dipinjamkan uang adalah teman dekat kita sendiri. Jika kita memang ada uang, sungguh tak enak toh untuk menolaknya? Berbekal kepercayaan, hubungan pertemanan yang baik dan janji sumpah serapah yang telah diucapkan maka dengan baik hati kita pinjamkanlah uang yang kita miliki. Tujuannya apa? Cuma satu, membantu teman, sahabat. Ya kan?

Tapi tak sedikit juga rusaknya hubungan pertemanan bermula disini. Gara-gara hutang, persahabatan yang telah dibangun berabad-abad hancur seketika.

Fenomena yang amat menarikpun banyak terjadi di sesi ini, yaitu kemarahan yang amat sangat bisa keluar dari orang yang meminjam uang kita. Karena apa? Ditagih bayar hutang, karena sudah melewati batas waktu perjanjian.

Sejauh mengamati lingkungan sekitar para pemberi hutang biasanya merasa tidak enak jika harus menagih, maka ia hanya menunggu kesadaran orang yang meminjamnya saja. Ditunggu... ditunggu... dan ditunggu.... namun jika sudah melewati batas waktu maka menagih adalah salah satu jalan yang ditempuh. Tapi apa yang terjadi, banyak lho yang berhutang malah marah-marah karena diminta menunaikan kewajibannya hahaha....

Entah apa ini namanya, kok yang berhutang malah lebih galak ya?

.... dan saya hanya ingin menulis sampai di sini saja.... hahaha....

(dnu, ditulis sambil duduk manis nunggu jemputan, 6 Januari 2016, 18.02 WIB)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun