Saat senja datang, saat itulah kuat kurasakan kehadiranmu.
Kamu yang kini entah dimana, bukan hanya terpisah jarak, ruang dan waktu, tetapi juga bergantinya bulan dan matahari yang turut memisahkan kita.
Aku selalu suka senja.
Aku selalu menantikan senja.
Karena ku tahu di dalam senja itu ada kamu.
Kamu yang dulu senantiasa hadir di hidupku, tak peduli pagi, siang maupun malam.
Kamu selalu ada.
Kini, hanya senja yang membuat ku merasa hadirmu selalu ada.
Karena pernah ada genggaman erat tanganmu di kala senja itu,
Pernah ada gelak tawa kita waktu senja itu,
Pernah ada mimpi-mimpi ini indah kita pada senja itu,
Dan kini semua hanya bisa ku katakan pada sang senja; “ya.... semua itu pernah ada...”
Kini... kamu dimana, aku dimana...
Ada senja terbentang luas diantara kita,
namun bukan untuk memisahkan, tapi untuk kembali mengingatkan,
bahwa kamu dan aku pasti akan kembali dipertemukan.
Sambil menanti alam semesta kembali mempertemukan, kini ku ingin kau tahu, bahwa;
“Aku bahagia walau hanya dengan memandang senja saja....”
(dnu, ditulis sambil sekolaaaahhh.... zzzzz......, 24 Oktober 2015, 13.17 WIB)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H