Mohon tunggu...
Dewi Nurbaiti (DNU)
Dewi Nurbaiti (DNU) Mohon Tunggu... Dosen - Entrepreneurship Lecturer

an Introvert who speak by write

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Save Indonesia!

12 September 2015   16:41 Diperbarui: 12 September 2015   16:41 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang paling tahu cara menyelamatkan diri kita? Tentu diri kita sendiri yang paling mengerti. Apa cara terbaik untuk bisa menyelamatkan diri sendiri? Sama, tentu kita yang paling memahami. Demikian halnya dengan bangsa Indonesia yang kini tengah dihajar berbagi tragedy memilukan di sana sini. Siapa yang bisa menyelamatkan bangsa ini kalau bukan rakyatnya sendiri?

 

Menunggu uluran tangan Negara lain? Menunggu belas kasihan bangsa lain? Atau menunggu bala bantuan yang datangnya dari Negara tetangga?

 

Sebelum orang lain tergerak untuk menyelamatkan Indonesia, sudah sepatutnya semua insan yang tercatat sebagai Warga Negara Indonesia (WNI) turut ambil bagian masing-masing dalam upaya menyelamatkan Indonesia dari prahara saat ini.

 

Musim kemarau yang masih terus berlanjut yang mengakibatkan kekurangan air dan hawa panas dimana-mana, kepulan asap di pulau Sumatera yang tak kunjung reda, ditambah lagi adanya tragedi Mekkah dimana ada WNI yang juga sedang beribadah Haji di sana, belum lagi hujatan kepada Presiden kita sendiri yang terus menerus digempurkan tanpa ada fikir panjang bahkan kadang hanya karena azas ikut-ikutan.

 

Para pembaca yang budiman, siapapun dia, adalah pemimpin Negara yang tanahnya kita jejaki dan mencari sumber penghidupan didalamnya. Bayangkan, bagaimana rasanya jika sesuatu yang maha dahsyat terjadi dan dihubung-hubungkan dengan diri kita, karena kita, dan kitalah penyebabnya?! Tragedi Mekkah adalah takdir Allah SWT, yang menurut saya tidak ada kaitan jelasnya antara kehadiran Pak Presiden dalam rangka mengunjungi Negara-negara Arab dengan jatuhnya crane dan kejadian badai angin.

 

Mungkin kita bisa lebih bijak menanggapi semua issue yang beredar. Tidak hanya melihat, mendengar, membaca lalu menelannya bulat-bulat. Setelah itu ikut menyebarkannya tanpa ada rasa bersalah.

 

Lebih elok pula rasanya ketimbang menyudutkan satu orang atas kejadian dalam Ibadah Haji di Mekkah, dengan menyerukan sholat Istisqa untuk meminta diturunkan hujan kepada Allah SWT. Biar aliran air kembali deras, sawah-sawah tidak kekeringan, ladang-ladang menjadi subur dan para petani kembali bergembira karena tidak ada yang gagal panen akibat kekeringan.

 

Lebih bijak juga rasanya dengan turut mendoakan agar saudara-saudara di Pulau Sumatera bisa segera berakhir derita asapnya. Dimana aktifitas keseharian mereka tentu terganggu akibat kepulan asap akibat kebakaran hutan tersebut.

 

Tidakkah kita melihat keasyikan tersendiri yang dapat kita contoh dan kita bangun dalam skala yang lebih besar dari contoh-contoh berikut; bagaimana asyiknya Pak Ridwal Kamil atau akrab disapa Kang Emil dalam membangun Kota Bandung bersama para urang Bandung tercinta. Semuanya kompak dalam satu visi misi yang sama, sehingga lambat laun kini Bandung menjadi kota yang semakin diperhitungkan di Indonesia.

 

Betapa asyiknya Pak Ganjar Pranowo dalam membangun Provinsi Jawa Tengah. Dengan senandung lembut dan tenangnya Pak Ganjar terus bergerak ingin memajukan Indonesia melalui Jawa Tengah Tercinta.

 

Bagaimana asyiknya Koh Ahok dalam membangun Jakarta yang saat ini mulai disibukkan dengan rencana LRT-nya.

 

Serta yang paling serunya ialah bagaimana sang pemilik Gojek asyik mengembangkan usahanya yang kini telah menjadi sarana transportasi andalan masyarakat Jakarta, dan mulai merambah ke beberapa kota besar di Indonesia.

 

Semua keasyikan-keasyikan tersebut bisa jalan dan maju dengan baik tidak lain dan tidak bukan adalah berkat dukungan seluruh insan yang ada didalamnya.

 

Lalu bagaimana dengan bumi Indonesia yang sedemikian besarnya? Satu persatu tragedi menyusul terjadi sebelum yang lainnya selesai dibereskan. Siapa yang bisa mendorong kesembuhan prahara Indonesia kalau bukan rakyatnya sendiri?

 

Dengan tidak mudah terbuai dengan issue yang berkembang, menerimanya bulat-bulat tanpa memilah lalu serta merta meyebarkannya sebagai gumpalan bola salju yang semakin besar, adalah salah satu cara yang bisa diartikan dengan sayang Indonesia.

 

Save Indonesia dengan cara tidak turut ambil bagian dalam memfitnah orang lain, namun turut ambil bagian dalam menumbuhkan gerakan-gerakan positif untuk mengurangi bencana tanah air. Karena perubahan yang besar dimulai dari gerakan yang paling kecil.

 

Kecil tapi terintegrasi dengan baik maka akan menjadi besar sebagai kumpulan energi yang positif.

 

(dnu, ditulis sambil makan es krim rasa bubur ketan item lapis cokelat – menurut saya ini adalah resep aneh yang tiada duanya hahaha….., 12 September 2015, 16.33 WIB)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun