Mampu melihat kebaikan orang lain dan atau lebih luasnya lagi mampu melihat upaya-upaya kebaikan yang telah dilakukan oleh pemimpin bangsa ini adalah salah satu refleksi dari hati yang merdeka.
Hati yang berani mengakui kehebatan orang lain juga menjadi salah satu tolak ukur akan kemerdekaan diri seseorang.
Jika masih saja kita terus melihat kekurangan, kekurangan dan segala kekurangan yang ada dalam diri orang lain, itu tandanya bukan cuma hati yang belum merdeka tetapi juga fikiran kita.
Tidak sedikit orang yang belum berani mengakui kelebihan yang ada dalam diri orang lain. Terlebih lagi jika orang tersebut adalah lawan dalam suatu kompetisi. Karena kemenangan sejati adalah buakn hanya berhasil memenangkan pertandingan tapi juga berhasil mengalahkan sikap kerdil untuk takut mengakui kemenangan orang lain.
Sama halnya dengan pemimpin bangsa Indonesia yang dari tahun ke tahun terus saja dicemooh karena dianggap kurang disana sini. Tapi banyak hal yang terlupa tentang keberhasilan mereka yang walaupun sedikit telah berkontribusi dalam membangun bangsa Indonesia.
Saya tidak ingin menyebutkan contoh nama pemimpin dalam bahasan ini, karena hal tersebut sama saja saya sedang mengunggulkan yang satu dan menjatuhkan yang lainnya.
Pemimpin yang mungkin belum berhasil membabat semua para koruptor lalu dihina dina, dianggap tidak mampu dan nyaris didemo untuk diturunkan dari jabatannya. Tapi apakah kita lupa bahwa bisa jadi ia telah berhasil dalam bidang pembangunan lainnya yang bisa jadi skalanya memang jauh lebih kecil ketimbang memberantar koruptor.
Satu hal yang perlu diingat adalah beda permasalahan maka beda pula ukuran waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya. Maka jika seorang pemimpin bangsa belum terlihat keberhasilannya pada suatu masalah, adalah bukan tidak mungkin masih banyak waktu yang dibuthkan untuk menuntaskannya.
Hati yang merdeka adalah hati yang berani mengakui kekurangan diri dan berani mengakui kehebatan orang lain.
Dan fikiran yang merdeka adalah fikiran yang tidak terus menerus tentang sebuah hal yang negatif, melainkan selalu pandai melihat sisi postif atas segala sesuatu.
Di Hari Ulang Tahun Republik Indonesia yang ke 70 ini marilah kita bersama-sama memerdekakan hati dan fikiran kita dengan cara menjauhi prasangka buruk dan fikiran negatif.
Karena yang terlihat diam belum tentu berhenti, dan yang terlihat hitam belum tentu tak bercahaya.
(dnu, ditulis sambil makan pisang bakar coklat kejuuuu.... ennaakk... saya sukaaakk..., 17 Agustus 2015, 13.30 WIB)
Found me at :
Website :
www.tulisandnu.net
www.kompasiana.com/dewinurbaiti
www.etalasedewi.com
Instagram : @dewinurbeauty
Path : @dewinurbeauty
Linkedin : Dewi Nurbaiti
Google+ : www.google.com/+Dewinurbaitiku
Tumblr : Dewi Nurbaiti
Pinterest : Dewi Nurbaiti
Goodreads : Dewi Nurbaiti
Email : justdnu@gmail.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H