Mohon tunggu...
Dewi Nurbaiti (DNU)
Dewi Nurbaiti (DNU) Mohon Tunggu... Dosen - Entrepreneurship Lecturer

an Introvert who speak by write

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Happy World Breastfeeding Week (Part 1)

5 Agustus 2014   19:43 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:21 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Semangat Menyusui Ibu Masa Kini"

[caption id="attachment_317894" align="alignnone" width="640" caption="Stok ASI hari pertama milik Mbak Nurila Andesita"][/caption]

[caption id="attachment_317895" align="alignnone" width="640" caption="Ruang Laktasi di suatu perusahaan"]

14072173111564217279
14072173111564217279
[/caption]

Pekan pertama bulan Agustus tepatnya tanggal 1 - 7 diperingati sebagai Pekan Menyusui Sedunia atau yang lebih dikenal dengan World Breastfeeding Week.

Wanita yang telah beruntung menyandang gelar ibu tentu sangat berbahagia. Di belahan dunia manapun tidak ada ibu yang sungguh tidak sayang pada anaknya. Bahkan sejak dalam kandunganpun ibu telah menyayangi sepenuh hati.

Bentuk kasih sayang Ibu pada putra putrinya setelah lahir ke dunia salah satunya ialah dengan memberikannya Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif selama 6 bulan pertama. Hal ini sesuai dengan Keputusan Menkes RI No. 450/MENKES/SK/IV/2004 tentang Pemberian ASI secara Eksklusif Pada Bayi di Indonesia. Maka sudah sepatutnya Ibu yang mengaku sayang pada buah hatinya memberikan ASI ini dengan penuh cinta.

Ibu bekerja atau wanita pemilik segudang aktifitas bukanlah penghalang bagi pemberian makanan terbaik untuk bayi ini. Sekarang telah berkembang berbagai teknologi dan ilmu pengetahuan yang dapat membantu Ibu bekerja agar tetap dapat memberikan ASI pada anaknya. Hal ini juga sesuai dengan Peraturan Bersama MenagPP, Menakertrans dan Menkes tentang Peningkatan Pemberian ASI Selama Waktu Kerja di Tempat Kerja.

Bagi Ibu yang beraktifitas di luar rumah proses pemberian ASI dapat dilakukan dengan cara memompa atau memerah ASInya, dan hasil perahan tersebut dimasukkan ke dalam botol atau plastik khusus ASI, lalu disimpan di lemari pembeku. Setiap hari jika berada di luar rumah, proses ini harus dilakukan agar sang bayi di rumah tetap bisa minum ASI.

Kegigihan para Ibu masa kini untuk tetap memberikan ASI pada anaknya patut diacungi jempol. Dan yang seperti ini lazim disebut dengan para pejuang ASI.

Salah satu kisah yang cukup menyentuh ialah seorang pejuang ASI yang senantiasa memerah ASInya di dalam kereta, karena Ibu tersebut bekerja sebagai salah satu petugas kereta jurusan Jakarta - Malang. Sang Ibu tidak bisa setiap hari pulang ke rumah untuk menyusui anaknya yang bermukim di kota Malang.

Setiap hari ASInya diperah, lalu seminggu sekali dikirim kepada keluarganya untuk diberikan kepada anaknya. Namun takdir berkata lain, kini sang ibu telah tiada akibat kecelakaan kereta tempatnya bekerja. Namun sang buah hati telah mendapatkan hak untuk ASI dari ibunya melalui perjuangan memerah ASI yang tidak biasa.

Kegigihan lain juga bisa dilihat dari ibu-ibu yang tidak hanya berstatus sebagai pekerja kantoran. Dalam periode beberapa jam tertentu mereka selalu menyempatkan diri untuk memerah ASI demi si buah hati di rumah. Pekerjaan ditinggal beberapa saat, lalu bersegera memerah ASI dengan menjamin pekerjaannya tidak akan terbengkalai, namun anak tetap mendapatkan haknya.

Perlengkapan memerah ASI yang terdiri dari botol ASI, cooler bag, pompa ASI, ice gel, dll kadang menjadi gembolan yang cukup besar bagi wanita pekerja. Namun hal ini tidak menyurutkan semangatnya untuk berdedikasi murni sebagai seorang Ibu.

Beberapa perusahaan kini telah memiliki ruang tempat memerah ASI yang dikenal dengan Ruang Laktasi. Berbahagialah bagi yang tempatnya bekerja telah memiliki infrastruktur yang seperti ini. Namun bagi yang tidak ada, lagi-lagi tidak akan menjadi halangan bagi pejuang ASI untuk melaksanakan kewajibannya. Toilet kadang menjadi ruang yang terpaksa dipilih untuk melakukan aktifitas ini.

Adanya ruang laktasi merupakan salah satu wujud perusahaan yang mendukung karyawatinya untuk tetap memberikan ASI pada anaknya. Betapa jelas terlihat disini pentingnya air susu ibu bagi kelangsungan hidup sang buah hati.

Tidak sedikit seorang ibu yang rela yang memerah ASI di dalam angkutan umum, busway misalnya. Karena sudah memasuki jam/waktunya untuk memerah namun masih terjebak macet dijalan. Apron atau penutup dada menjadi sahabat terbaik seorang Ibu menyusui yang sering bepergian.

Dengan memperingati pekan ASI dunia ini semoga seluruh Ibu yang baru melahirkan tergerak hati dan nuraninya untuk memberikan ASI sebagai hak asasi seorang bayi.

Berikan secara eksklusif selama 6 bulan, dan dibantu makanan pendamping sampai usia 1 tahun, lalu terus berikan ASI sampai usia 2 tahun. Karena ASI adalah yang terbaik untuk bayi.

(dnu, ditulis sambil makan ayam bakar, 5 Agustus 2014, 12.16)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun