"Semangat Menyusui Ibu Masa Kini"
[caption id="attachment_317894" align="alignnone" width="640" caption="Stok ASI hari pertama milik Mbak Nurila Andesita"][/caption]
[caption id="attachment_317895" align="alignnone" width="640" caption="Ruang Laktasi di suatu perusahaan"]
Pekan pertama bulan Agustus tepatnya tanggal 1 - 7 diperingati sebagai Pekan Menyusui Sedunia atau yang lebih dikenal dengan World Breastfeeding Week.
Wanita yang telah beruntung menyandang gelar ibu tentu sangat berbahagia. Di belahan dunia manapun tidak ada ibu yang sungguh tidak sayang pada anaknya. Bahkan sejak dalam kandunganpun ibu telah menyayangi sepenuh hati.
Bentuk kasih sayang Ibu pada putra putrinya setelah lahir ke dunia salah satunya ialah dengan memberikannya Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif selama 6 bulan pertama. Hal ini sesuai dengan Keputusan Menkes RI No. 450/MENKES/SK/IV/2004 tentang Pemberian ASI secara Eksklusif Pada Bayi di Indonesia. Maka sudah sepatutnya Ibu yang mengaku sayang pada buah hatinya memberikan ASI ini dengan penuh cinta.
Ibu bekerja atau wanita pemilik segudang aktifitas bukanlah penghalang bagi pemberian makanan terbaik untuk bayi ini. Sekarang telah berkembang berbagai teknologi dan ilmu pengetahuan yang dapat membantu Ibu bekerja agar tetap dapat memberikan ASI pada anaknya. Hal ini juga sesuai dengan Peraturan Bersama MenagPP, Menakertrans dan Menkes tentang Peningkatan Pemberian ASI Selama Waktu Kerja di Tempat Kerja.
Bagi Ibu yang beraktifitas di luar rumah proses pemberian ASI dapat dilakukan dengan cara memompa atau memerah ASInya, dan hasil perahan tersebut dimasukkan ke dalam botol atau plastik khusus ASI, lalu disimpan di lemari pembeku. Setiap hari jika berada di luar rumah, proses ini harus dilakukan agar sang bayi di rumah tetap bisa minum ASI.
Kegigihan para Ibu masa kini untuk tetap memberikan ASI pada anaknya patut diacungi jempol. Dan yang seperti ini lazim disebut dengan para pejuang ASI.
Salah satu kisah yang cukup menyentuh ialah seorang pejuang ASI yang senantiasa memerah ASInya di dalam kereta, karena Ibu tersebut bekerja sebagai salah satu petugas kereta jurusan Jakarta - Malang. Sang Ibu tidak bisa setiap hari pulang ke rumah untuk menyusui anaknya yang bermukim di kota Malang.