Mohon tunggu...
Dewi Nurbaiti (DNU)
Dewi Nurbaiti (DNU) Mohon Tunggu... Dosen - Entrepreneurship Lecturer

an Introvert who speak by write

Selanjutnya

Tutup

Edukasi Pilihan

Petualangan Seru Para Ibu Menyusui

8 Agustus 2014   14:52 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:04 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setiap Ibu menyusui (baca : busui) terlebih yang sambil bekerja pasti memiliki kisah unik sendiri-sendiri terkait aktivitasnya memerah ASI (laktasi).

Kisah yang unik tentu menjadi kenangan tersendiri bagi tiap busui. Bisa jadi sampai kapanpun ini adalah salah satu cerita hidup yang paling menarik.

Bagaimana sibuknya saat lari terburu-buru mencari tempat untuk memerah ASI, bagaimana galaunya saat mengetahui stok ASI perah di rumah menipis padahal selera minum adik bayi sedang tinggi-tingginya.

Bagaimana stressnya saat tiba waktunya laktasi tapi masih ada meeting yang tidak bisa ditinggal, bagaimana paniknya saat menghitung pendapatan ASI perah hari ini tidak sebaik hari kemarin.

Hingga hiruk pikuknya perasaan memikirkan berbagai hal yang berhasil bikin stress. And you know what? Pikiran yang stress akan membuat ASI yang keluar semakin sedikit! Huhu...

Nah disinilah kehebatan seorang wanita khususnya busui, yang piawai sekali mengatur hati dan seluruh isi kepalanya. Ditengah pikiran yang merajalela tentang berbagai hal, namun tetap bisa memaintain agar tidak stress sehingga produksi ASI di dalam tubuh tetap berjalan dengan baik.

Dibutuhkan kecanggihan bersandiwara yang nyata, bukan sebatas drama. Bukan pura-pura tidak stress, pura-pura bahagia, atau berlagak semuanya baik-baik saja. Tetapi benar-benar menata seluruh hati dan jiwanya agar segala masalah yang sedang terjadi tidak membuatnya berfikiran berlebihan sehingga mengganggu produksi ASI.

Kalau produksi ASI terganggu, maka anak sendiri yang akan dirugikan. Dan seorang Ibu tidak pernah sekalipun menginginkan anaknya menderita karenanya.

Kumpulan para busui bisa menjadi saudara yang terjalin secara tiba-tiba. Karena seringnya laktasi bersama-sama dan merasakan sedang berjuang dalam hal yang sama. Mereka saling membantu dan memberi semangat, hingga berdiskusi tentang permasalahan anak-anak yang mungkin hal ini tidak mudah dilakukan dengan teman yang tidak seperjuangan.

Tentu jelas tergambar di pelupuk mata para busui, bagaimana serunya memerah asi yang terburu-buru karena kerjaan sudah menunggu. Bagaimana lelahnya para busui yang masih saja memerah ASI tengah malam saat adik bayi sudah terlelap, karena yang ada dibenak hanyalah "stok ASI menipis, harus kejar tayang!". Semuanya demi siapa? Demi si buah hati tentunya.

Kenangan indah lainnya misalnya, bagaimana lucunya para busui mengumpulkan botol kaca bekas sebuah minuman, lalu disteril bersama-sama dan kemudian digunakan untuk menyimpan ASI perah. Bagaimana semangatnya para pejuang ASI saat berlomba-lomba mencapai target ASI perah hari ini... "Wah pendapatan hari ini kurang 40cc lagi nih! Semangat!!!"

Bagaimana indahnya saling berbagi kantong ASI jika milik kita sudah habis namun ASI perah masih melimpah. Bagaimana serunya dalam semangat banyak makan dan menjadi "pemakan segala" demi meningkatkan produksi ASI. Hingga target minum air putih yang tidak bisa ditawar agar ASI didalam tubuh tetap terjaga dengan baik.

Perihal yang satu ini mungkin ada yang pernah mengalaminya. Bagaimana dunia terasa hancur seketika saat mengetahui perlengkapan memerah ASI tertinggal di rumah dan busui sudah tiba di tempatnya bekerja. Menangis sejadi-jadinya karena bingung bagaimana caranya memerah ASI hari ini. Tapi ajaibnya mendadak sumringah saat bertemu dengan busui lainnya yang dengan senang hati segera membantu mencarikan jalan keluar. Yang pasti kegiatan memerah ASI tidak boleh berhenti begitu saja. Dengan kata lain, tidak ada yang bisa menghentikan upaya bukti cinta Ibu bagi anaknya.

Tentu masih banyak kisah-kisah seru lainnya yang sudah jelas tidak akan bisa tertuang secara panjang dan lebar disini. Semuanya akan menjadi kisah kasih yang abadi, karena cinta Ibu untuk sang buah hati tidak akan pernah terhenti.

(dnu, ditulis sambil menyusui adek Arjuna di usianya yang sudah 33 bulan, 7 Agustus 2014, 21.19)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun