Mohon tunggu...
Dewi Nurbaiti (DNU)
Dewi Nurbaiti (DNU) Mohon Tunggu... Dosen - Entrepreneurship Lecturer

an Introvert who speak by write

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Serunya Menjadi Guru Sehari

1 September 2014   19:18 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:54 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kintamani, Cerita yang Begitu Cepat Pergi

Menjadi relawan pendidikan atau guru lepas atau guru sehari ternyata sangat menyenangkan. Tidak hanya merasakan indahnya berbagi ilmu dan inspirasi, tetapi juga makna besar dari pertemuan antara sang pengajar dengan anak didiknya.

Menjadi bagian dari Kelas Inspirasi yang berkesempatan berbagi pengetahuan dan memberikan inspirasi bagi anak-anak di pedalaman memang menjadi mimpi pendek saya saat ini. Bertemu dengan anak-anak yang jauh dari keramaian kota dan jauh dari hingar bingar kehidupan yang tanpa henti. Namun mereka hanya berteman dengan kesejukan, keindahalan alam, asrinya lingkungan, perkebunan, jalan berkelok, hingga pegunungan.

Demikian keadaan yang saya temui dari anak-anak baik di SDN Serai Kintamani, Bali. Ternyata disana ada sebuah kehidupan yang amat menyenangkan. Jajaran Guru yang hanya terdiri dari 5 orang dan seorang Bapak Kepala Sekolah, tentunya menjadi ujung tombak bagi kelangsungan pendidikan anak-anak Serai ini.

Dan kami para relawan yang hadir saat itu (28/8), menjadi teman baru bagi mereka yang selama satu hari akan berbagi segala ilmu yang kami punya. Untuk dapat memberikan inspirasi bagi mereka dalam meraih mimpi-mimpi.

Sedih, penantian panjang yang lelah tapi membahagiakan kini telah berlalu. Saya masih ingin berada disini. Menjadi kakak bagi mereka yang kerap menggenggam erat tangan ini. Mereka tidak ingin saya pergi. Ikatan batin yang begitu kuat telah saya bangun sejak kami masih berada di pulau yang berbeda. Bertemu hanya dalam 5 jam tapi semua tersihir dan secepat kilat kami menjadi saling dekat.


  • ·Ada yang menggenggam tangan saya dengan begitu erat seakan tak ingin melepasnya

  • ·Ada yang terus menerus menatap mata saya

  • ·Ada yang asik memainkan kalung batu di leher saya

  • ·Ada yang terpesona dengan bros bunga standar yang terjepit manis di bahu kiri saya

  • ·Ada yang malu-malu merangkul pinggang saya dengan tangan kecilnya

  • ·Ada yang selalu ingin duduk disebelah saya tapi hanya diam tanpa kata-kata

  • ·Ada yang hanya berani menatap dari jauh seakan ingin menyapa tapi malu-malu

  • ·Ada yang begitu riang sehingga meminta saya untuk terus bernyanyi

  • ·Ada yang minta tangannya saya genggam sementara hanya tangan kiri saya yang tersisa sambil mengusap kepala teman lainnya yang merasa nyaman

  • ·Ada yang begitu gembira saat ciuman sayang saya mendarat di pipi chubby-nya

  • ·Ada yang berlomba memanggil saya untuk mendapatkan perhatian yang sama

  • ·Ada yang berebut sekuat tenaga untuk meraih tangan saya lalu menciumnya

  • ·Ada yang…… ada yang……

Dan semua yang tidak akan pernah bisa saya lupa, termasuk hamburan tubuh kalian saat saya datang di kelas lalu tanpa basa basi kalian berlomba memeluk saya, dan akhirnya aku dan kalian yang berpuluhan orang ini terlarut dalam suka cita untuk saling berpelukan.

Semua terjadi begitu cepat…


  • ·Hingga saya lupa apa saja yang telah kita lakukan bersama

  • ·Saya lupa berapa puluh lagu telah kita nyanyikan bersama

  • ·Saya lupa lagu apa saja yang sudah kita senandungkan bersama

  • ·Saya lupa berapa kali lagu Hari Merdeka kita nyanyikan bersama

  • ·Saya lupa siapa saja yang minta mempimpin bernyanyi tapi belum saya kabulkan

  • ·Saya lupa entah siapa namanya dari kalian yang begitu hebat ilmu berhitungnya

  • ·Saya lupa lagu apa saja yang belum sempat kita nyanyikan bersama

  • ·Saya lupa berapa kali kalian teriak “aku gembira…!” saat saya tanya bagaimana kabar kalian….

Tapi sesungguhnya saya tidak akan pernah bisa lupa dengan semua itu, termasuk bagaimana binar mata kalian saat kita saling menatap, saat kita saling menggenggam erat jari jemari dan saat kita saling berpelukan. Yang semuanya itu hanyalah untuk mewujudkan makna, bahwa pertemuan kita ada dalam balutan kasih cinta yang suci antara kakak dan adik-adiknya yang terpisah pulau.

Aku pergi dari Kintamani, tapi kisah kasih kita akan terus bernyanyi :)

I Love you all…

Maybe someday I’ll find the way to say “selamat pagiiiiii……….. “

…… lalu kalian lari berhamburan untuk berlomba memeluk saya….

(dnu, ditulis sambil nunggu chek in, 28 Agustus 2014, 18.20)

[caption id="attachment_321862" align="alignnone" width="1600" caption="Sudah waktunya pulang sekolah, tapi mereka tak ingin pulang dan masih ingin bernyanyi..."][/caption]

[caption id="attachment_321863" align="alignnone" width="640" caption="Foto bareeenggg......"]

14095480601241403613
14095480601241403613
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun