Misalnya perokok aktif sedang merokok di luar gedung, lalu ada orang yang tidak merokok duduk disebelahnya dan berkata "mas maaf matiin rokoknya, bikin nyesek banget nih asepnya..." Nah, yang seperti ini menurut saya egois.
Perokok pasif eloknya tidak hanya menuntut sang perokok aktif untuk mematikan rokoknya, atau pindah dari tempatnya merokok. Tapi kita juga harus bisa mengendalikan diri dan bertoleransi, dengan cara tutup hidung pakai sarana yang kita punya (jika kita memang harus berada di tempat itu). Atau kita pindah tempat dan menjauhi orang yang sedang merokok.
Sebaiknya tidak hanya menuntut orang lain untuk melakukan sesuatu hal, tapi kita juga harus segera mengambil tindakan.
Merokok memang dilarang dilakukan ditempat-tempat tertentu. Tapi apakah kita mau terus menegur orang yang salah padahal kita tidak kenal? Tidak tahu siapa dia? Sementara kita masih bisa melakukan tindakan lainnya.
Membenarkan yang salah memang sangat baik, namun pertanyaannya adalah apakah kita lupa dengan toleransi? Tidak inginkah kita menjunjung tinggi toleransi terhadap sesama manusia?
Tapi walau bagaimanapun juga tetap saja, merokok tidak baik untuk kesehatan, asap rokok sangat mengganggu kesehatan orang lain dan kesan laki-laki perokok bukanlah prima melainkan butuh pelarian atas suatu pemikiran.
Biarkan orang lain hidup dengan isi kepalanya masing-masing. Lalu kita berbuat baik semampunya dengan pertama menyelamatkan diri sendiri, selanjutnya mencoba meluruskan kekeliruan orang lain dengan cara yang paling elok Misalnya dengan sering-sering mengingatkan bahwa merokok itu membunuhmu lho
Perbedaan memang tidak bisa bersatu, tapi sesungguhnya masih bisa berdampingan :)
(dnu, ditulis sambil makan pisang goreng, 26 September 2014, 18.05)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H