Mohon tunggu...
Gaya Hidup Pilihan

Menjaga Diri dari Pelecehan Seksual

8 November 2018   15:32 Diperbarui: 8 November 2018   19:59 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Kabar tak sedap berhembus dari kota Yogyakarta. Seorang mahasiswa Universitas Gajah Mada mengaku telah menjadi korban pelecehan seksual oleh rekannya sendiri saat sedang menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Maluku pada tahun 2017 lalu.

Dikutip dari CNNIndonesia pelecehan seksual ini mencuat kembali setelah beredar tulisan berjudul  "Nalar Pincang UGM atas Kasus Pemeskosaan" yang di terbitkan oleh Pers Mahasiswa Balaiurang.

Di zaman sekarang, sudah bukan hal asing lagi kapan dan dimanapun seolah rawan akan pelecehan seksual.

Belajar dari kasus mahasiswi UGM ini, menjaga diri agar terhindar dari segala insiden yang tak diinginkan terutama pelecehan seksual adalah jawaban dari berbagai ketakutan.  

Psikolog Melly Puspitasa seorang psikolog juga memberikan saran supaya para perempuan selalu waspada dan sadar dimanapun berada.

Maksudnya adalah ketika berada di suatu tempat, perempuan harus sadar dengan siapa dia bersama. Kesadaran tersebut dapat di eksekusi dengan bentuk menjaga diri dan berpakaian sopan dan tidak terbuka sekalipun bersama anggota keluarga yang lain.

Diperlukan juga pemahaman yang baik seputar pelecehan seksual. Hal ini penting agar orang tidak  menjadi pelaku dan menjadi korban dari pelecehan seksual.

Ada banyak bentuk pelecehan seksual. Yang paling sederhana seperti memandang seseorang dengan tatapan mesum dan membuat seseorang tidak nyaman. Ataupun menyentuh bagian sensitif dari wanita seperti dada dan bokong.

Di sebut tidak pelecehan apabila seseorang tersebut tidak suka, merasa tidak nyaman dan terganggu. Berbeda lagi kalau dilakukan atas dasar suka sama suka.

Beberapa orang masih menganggap memberi bekal mengenai seksualitas adalah hal yang belum perlu. Padahal hal tersebut dapat menjadi modal yang sangat penting buat anak.

Minimnya pendidikan seksualitas membuat para korban enggan melapor ketika mendapatkan pelecehan seksual. Ini di sebabkan karena citra dari seksualitas adalah negatif jadi orang tua lebih memilih tidak mengajarkannya pada anak-anak. Hal ini terus berkembang dan menjadi stereotip.

Dari stereotip itu menjadikan korban bungkam. Padahal jika melaporpun dan terbuka pasti akan di bantu oleh pihak-pihak yang berkompeten.

Apabila kebiasaan tidak melapor berlanjut terus-menerus, akan membuka ruang baru pada orang lain untuk melakukan pelecehan seksual.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun