Mohon tunggu...
dewinta asmara albajuri
dewinta asmara albajuri Mohon Tunggu... Lainnya - siswi : mahasiswi

cintai diri sendiri yuk!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Yang Salah Orangtua atau Anak?

6 Maret 2021   21:44 Diperbarui: 6 Maret 2021   22:30 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir-akhir ini banyak kasus yang berkaitan dengan masalah psikis anak seperti yang mengalami kondisi broken home. Mengapa bisa sampai seperti itu? Dalam kasus ini sebenarnya yang salah itu orang tua atau sang anak?

Siapa yang tidak menginginkan hidup di keluarga yang harmonis dan penuh cinta? Pasti semua menginginkannya. Akan tetapi kita yang berstatus sebagai anak tidak berhak memilih untuk tinggal bersama keluarga yang seperti apa dan bagaimana. Mau tidak mau kita harus ikhlas menerima kenyataan, seperti yang terjadi pada  trending saat ini.

Saat diberlakukannya karantina di Indonesia, aplikasi Tiktok mulai banyak yang menggemarinya. Mulai dari kalangan anak-anak hingga orang tua. Kebanyakan dari mereka menggunakan aplikasi ini untuk menghibur dirinya sendiri dikala penatnya kondisi saat pandemi.

Saat ini di aplikasi Tiktok sedang hangat-hangatnya membahas tentang anak broken home. Banyak dari pengguna aplikasi ini yang menceritakan tentang keluarganya. Mulai dari pertengkaran antara orang tua dan anak, perilaku orang tua yang mengata-ngatai anaknya dengan bahasa yang tak layak, hingga ada yang sampai mengusir anaknya dari rumah. Dari tren itu saya sedikit bingung, mengapa yang seharusnya menjadi pelindung bagi anak-anaknya malah menjadi luka dalam kehidupan?

Lalu saya bertanya kepada ibu saya, "Menurut ibu kalau anak yang broken home itu salah orang tua atau anaknya ya?"

Saat mendengar pertanyaan itu, ibuku terdiam sejenak kemudian menjawab, "Ya kita gabisa menyalahkan siapa-siapa kalau kita ga tau masalah yang sebenarnya. Ada yang menjadi anak broken home karena orang tuanya, tapi ada juga karena ulahnya sendiri."

"Kalau karena salah orang tua, biasanya gara-gara apa sih bu?"

"Ya mungkin orang tuanya lagi ada masalah yang berat atau malah mereka belum siap memiliki anak dan mendidik anak tersebut dengan baik dan benar. Banyak faktor lainnya deh, kaya kasus perceraian. Tapi ya kalau broken home dari ulah sendiri bisa karena salah pergaulan atau  dia salah menempatkan seseorang dalam posisi penting dalam hidupnya."

Saat ini pun lagi maraknya berita perceraian. Saya yakin dari banyaknya kasus perceraian ini pasti meninggalkan anak yang tidak bersalah. Kasus ini bisa menyebabkan kondisi psikis sang anak berubah dan terganggu dan merasa tertekan. Misalnya menjadi anak yang broken home dengan dilatar belakangi oleh kurangnya kasih sayang dari kedua orang tuanya.

Perubahan psikis sang anak bisa memengaruhi segala aspek dalam kehidupannya, bahkan bisa sampai melukai dirinya sendiri seperti cutting. Pada tren tiktok yang membahas broken home pun banyak yang memamerkan hasil cuttingannya, meskipun hal tersebut dilarang, tetapi banyak yang mengungkapkan jika melakukan cutting sedikit bisa melegakan pikirannya.

Seharusnya masalah ini bisa diatasi dengan melakukan hal-hal berikut, mempersiapkan dengan serius saat ingin memasuki jenjang pernikahan, bertanggung jawab atas segala hal yang bersangkutan dengan anak, dan memberikan perhatian penuh kepada anak. Jika hal diatas sudah dilakukan tetapi keluarga mengalami broken home, kedua orang tua harus berkomitmen dengan kesadaran penuh bahwa sang anak tidak berhubungan dengan renggangnya hubungan mereka, tetap bertanggung jawab atas anak, pihak keluarga pun ikut serta membantu memperbaiki hubungan kedua belah pihak dan menjadikan anak sebagai proritas utama demi terjaminnya keselamatan si anak.

Nama : Dewinta Asmara Albajuri

Kelas : 12 MIPA 5

Tugas Bahasa Indonesia (Teks Essai/Teks Aktual)

SMAN 1 PADALARANG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun