Dewinta Asmara Albajuri (07) - XII MIPA 5
Teks Editorial
Tema : Dampak COVID-19 pada Sistem Pendidikan
Judul : Selamatkan Generasi Bangsa
Tahun 2020 adalah tahun yang sangat mengerikan bagi indonesia, bahkan seluruh dunia. Akibat virus yang menyebar dari bulan desember 2019 hingga sekarang. Virus ini bernama COVID-19. Hingga kini belum ada vaksin untuk menyembuhkan virus satu ini.
Kabar baiknya, sekarang tak hanya di indonesia, di seluruh penjuru dunia pun virus COVID-19 sudah mulai mereda. Bukan berarti sudah hilang, akan tetapi sedikit bisa diatasi dengan melakukan PSBB, dan memulai hidup sehat disertai protokol kesehatan.
Dengan mengawabahnya virus ini, semua yang berkegiatan di luar harus di rumahkan, termasuk para siswa.
Demi mengefektifkan kondisi seperti ini, semua sistem yang ada di indonesia harus dilakukan secara daring/online. Termasuk sistem pendidikan, dimulai dari mengisi daftar kehadiran, penyampaian materi, pengumpulan tugas, sampai melakukan ujian pun harus dilaksanakan secara daring dan virtual.
Tentunya dilakukan pembelajaran secara daring sangat memberatkan orang tua. Kini orang tua memiliki dua peran yang sangat besar tanggung jawabnya, yaitu menjadi guru dan pembimbing anak-anaknya untuk sukses belajar dirumah.
Apalagi untuk siswa yang masih ada dibangku sekolah dasar, sangat memerlukan pembelajaran yang khusyuk agar penyampaian materi tersampaikan dengan benar.
Banyak orang tua yang mengeluh kapan akan dimulai lagi sekolah tatap muka, karena sudah mulai bingung dan lelah menghadapi situasi pandemi seperti ini. Mereka harus membagi waktunya untuk melakukan pekerjaannya sendiri dan mengajarkan anak-anaknya.
Namun tak semua orang tua mengizinkan anaknya untuk bersekolah tatap muka dikondisi pandemi seperti ini.
Memang pada kenyataannya, jika siswa belajar terus menerus secara daring akan mengakibatkan para siswa tidak mengerti materi pembelajarannya. Banyak juga kendala lain yang dialami, seperti masalah sinyal, kuota, bahkan dukungan dari lingkungan rumah.
Para siswa dituntut untuk mengerti secara cepat, dan mengerjakan tugas yang menumpuk karena setiap pertemuan pasti meninggalkan tugas baru. Hal itu tidak membuat para siswa pintar ataupun berpikir kritis, akan tetapi membuat para siswa stress dan merasa tertekan.
Meskipun kondisi saat ini sudah mulai membaik, tak ada yang tahu kapan seluruh sekolah di Indonesia bisa kembali sekolah tatap muka. Sekolah tatap muka di kondisi seperti ini "dibolehkan" dan bukan berarti "diwajibkan".
Artinya, ada juga daerah yang sudah mulai sekolah tatap muka. Faktor utamanya adalah lingkungan yang sehat dan izin dari orang tua.
Disarankan pemerintah memikirkan secara matang tentang hal ini, karena sudah banyak siswa yang mengeluh stress, merasa tertekan, depresi, hingga mencelakai dirinya sendiri akibat tidak tahan dengan pembelajaran daring.
Jika memang dampak COVID-19 ini masih belum bisa reda, seluruh warga Indonesia harus turut berpartisipasi agar wabah ini tidak terus meningkat.
Mari bekerja sama demi menyelamatkan generasi bangsa. Generasi bangsa yang baik adalah jaminan negara untuk lebih maju. Bersatu padu membina persatuan dan kesatuan agar tercipta kehidupan yang sehat, damai, dan sejahtera.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H