Untuk memusnahkan adanya Toxic Masculinity tersebut dalam kenyataanya memang cukup sulit dan membutuhkan waktu yang lama untuk direalisasikan. Namun, harus dipercayai bahwa untuk mewujudkan perubahan yang evolutif maka harus dilakukan secara perlahan dan konsisten.Â
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mewujudkan adanya konsep maskulinitas yang baru. Konsep maskulinitas baru disini, yaitu dengan menciptakan adanya konstruksi sosial bahwa laki-laki adalah gender yang setara dengan perempuan, harus memiliki rasa empati dan toleransi yang tinggi terhadap gender lainnya, tidak bersikap superior dan mendominasi, Â serta mampu menciptakan budaya yang bersifat konstruktif. Untuk mewujudkan upaya rekonstruksi maskulinitas tersebut dapat dimulai pada lingkungan keluarga.Â
Seperti yang diketahui bahwa sampai saat ini masih banyak orang tua yang salah kaprah dalam mengajarkan konsep gender kepada anak-anaknya. Hegemoni maskulinitas dan patriarki tersebut membuat sosialisasi yang dilakukan orang tua masih bersifat memilah-milah gender.Â
Oleh karena itu, orang tua dianjurkan untuk dapat menanamkan konsep maskulinitas baru tersebut dalam lingkup keluarganya karena keluarga sebagai agen sosialisasi pertama yang  memiliki peranan penting dalam membentuk sikap dan pemikiran anak.Â
Dengan adanya upaya rekonstruksi tersebut diharapkan penyakit Toxic Masculinity yang telah lama hidup dalam kehidupan masyarakat Indonesia dapat disembuhkan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H