Mohon tunggu...
Dewi Meisari Haryanti
Dewi Meisari Haryanti Mohon Tunggu... -

emorational economist..

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pilpres 2014: Jokowi-JK vs Prabowo Hatta, Kita Pilih Siapa?

26 Mei 2014   07:43 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:06 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai salah satu pengamat yang mencatat beberapa rapor merah pemerintahan yang sekarang - di antaranya gagalnya pencapaian target swadaya beras, gula, garam, dan kedelai; target tingkat kemiskinan 10% di 2014 juga besar kemungkinan tidak tercapai; tingkat ketimpangan yang meningkat menjadi 0.41 (koefisien gini), dan agenda pembangunan infrastruktur juga cukup banyak yang terlambat - saya menjadi peduli dengan pemilu presiden tahun ini. Jangan sampai rapor merah ini dilanjutkan di pemerintahan ke depan. Oleh karena itu penting bagi kita untuk menentukan pilihan secara cermat. Oleh karena itu, mari kita membaca visi misi calon presiden RI yang sudah diunggah di website KPU. Untuk visi misi Jokowi-JK, silakan masuk ke link ini; sementara untuk Prabowo-Hatta silakan masuk ke link ini. Diri kita pasti memiliki kecondongan masing-masing, karena persona masing-masing calon dapat memberikan kesan yang berbeda bagi orang yang berbeda. Namun, kesan itu kan umumnya bersifat emosional, kimia (chemistry), cocok ga cocok. Oleh karena itu mari kita imbangi kadar unsur emosional tersebut dengan unsur rasional berupa menyempatkan sekitar 5  jam dari hidup kita di tahun ini untuk membaca visi misi Calon Presiden. Sehingga kita tidak hanya memilih dengan perasaan, tapi juga dengan akal pikiran. Emorational. Asik ga tuh? hahaha.. ceile (#oke,gapenting). Saya sendiri baru baca cepat, jadi belum terlalu mengilhami secara dalam. Jadi pada kesempatan ini saya ingin sedikit berbagi dari hasil review awal saya per 26 Mei 2014. Barusan saya baca cepat visi misi Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta, download dari website KPU. Keduanya visi-misinya "bunyi"; dalam artian memberikan indikator-indikator yang jelas. Tapi secara umum visi Misi pak Jokowi-JK lebih lengkap dari punya pak Prabowo-Hatta. Visi Pak Jokowi-JK sudah sampai menyebutkan daftar UU yang ingin dievaluasi, sudah juga menyinggung soal target pewujudan National Single Identity Number (sebagai rakyat, saya sangat mengidamkan ini, karena pusing punya nomor KTP, no NPWP, no SIM, no Passport, yang dalam pendataannya tidak saling mengait satu sama lain). Di dokumen visi-misi Pak Prabowo-Hatta, tidak ada disinggung soal National Single Identity Number ini. Lalu,  kebijakan politik luar negerinya juga lebih lengkap, visi-misi Jokowi-JK sudah menjabarkan asosiasi-asosiasi yang ingin diikuti nanti, dan ada juga rencana untuk lebih aktif dalam usaha mereformasi lembaga internasional seperti World Bank dan IMF (wow haha xD). Bagi saya, paling menarik dari visi misi Pak Jokowi adalah soal rencana pembangunan infrastruktur untuk mendukung konsep negara maritim, pembangunan monoril+underground train dari pusat kota ke bandara dan pelabuhan, serta National Single Identity Number. Namun visi-misi pak Prabowo-Hatta juga ada yang menarik, yaitu target pertumbuhan ekonomi agresif 7-10% per tahun, target menjadikan hutang luar negeri menjadi NOL pada 2019, rencana pemindahan ibu kota, dan revolusi putih yang ingin memasok susu untuk anak-anak miskin.Jadi secara garis besar, elaborasi visi-misi Pak Jokowi-JK lebih lengkap dan rinci daripada punya pak prabowo-hatta, khususnya dalam hal jabaran kebijakan politik luar negeri dan rencana pengembangan infrastruktur, karena pada visi-misi Prabowo-Hatta hanya umum saja. Jadi masih agak abstrak. Terlebih Pak Prabowo-Hatta memiliki target super-ambisius meng-NOL-kan hutang luar negeri di 2019. Super ambisius karena sekarang ini posisi hutang luar negeri Indonesia sekitar Rp 3000 trilyun! (sumber disini). Sementara Anggaran Pendapatan dan Belanja  Negara (APBN) kita saja hanya sekitar Rp 1700 trilyun untuk pendapatan, dan sekitar Rp 1800 trilyun untuk pengeluaran. Jadi APBN kita itu sekarang  posisinya masih defisit anggaran, jadi setiap tahun masih harus berhutang untuk mencukupi kebutuhan pengeluaran atau belanja negara di setiap tahunnya (sumber disini). Jadi wajar memang jika beberapa pihak menilai target ini menunjukkan sikap jumawa Prabowo-Hatta. Tapi tidak mau menganggap mereka jumawa dulu. Siapa tahu mereka punya caranya? Saya sendiri akan sangat penasaran - jika Prabowo-Hatta menang - untuk mengikuti strategi dan aksi mereka dalam meng-NOL-kan hutang luar negeri itu. Jika bener-bener kejadian, mungkin mereka akan dapat nobel :) Adapun keduanya memiliki visi yang sejalan dalam pengembangan Bank khusus pertanian dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), wajib belajar 12 tahun dan peningkatan kesejahteraan guru, peningkatan anggaran untuk penelitian, dan peningkatan pendapatan pajak hingga 16% dari Pendapatan Domestik Bruto. Sebagai pemerhati dan penggerak aktif ekonomi kerakyatan, saya merasa sudah cukup tenang soal nasib bangsa ke depan, karena siapa pun yang menang, sudah punya janji tertulis untuk mengembangkan UMKM dan petani.  Begitu pula dengan pendidikan dan penelitian, keduanya sama-sama memiliki perhatian yang besar. Ditambah, keduanya sudah menyetor dokumen tertulis visi-misinya, jadi nantinya janji-janji mereka dapat ditagih dengan basis yang jelas ketika terpilih nanti. Karena sudah ada tiga alasan untuk merasa cukup tenang dengan nasib bangsa ke depan, maka siapa pun yang akhirnya menang nanti, aku rapopo. (DM)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun