Mohon tunggu...
dewi mayaratih
dewi mayaratih Mohon Tunggu... Konsultan - konsultan

suka nulis dan jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Toleransi Melalui Hewan Kurban

22 Juni 2024   15:10 Diperbarui: 22 Juni 2024   15:21 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Di negara majemuk seperti Indonesia, toleransi atau kerukunan tidak bisa dianggap remeh. Toleransi di Indon esia, semacam semen perekat bagi banyak perbedaan di negara ini. Jika diibaratkan juga, ini adalah vitamin yang membuat tubuh kita sehat.

Di Bali misalnya, mayoritas Hindu tidak akan menghalang-halangi warga untuk merayakan hari besar keagamaannya. Bahkan, pada saat Idul Fitri bersamaan dengan Nyepi, salat Id bisa dilakukan tanpa mengganggu pelaksanaan Nyepi. Banyak orang yang pernah tinggal di Bali pasti bisa menjabarkan bagaimana pulau kecil ini menghargai sesama pemeluk agama yang berbeda.

Beberapa daerah di Papua toleransi juga terjadi. Islam sebagai kelompok minoritas dihargai oleh warga yang mayoritas beragama Kristen Protestan. Mereka menghargainya dengan baik. Begitu juga Manado dan beberapa daerah yang mayoritas penduduknya non muslim.

Di banyak tempat di Indonesia, pendistribusian hewan kurban saat hari raya Idul Adha sebenarnya menjadi praktek dari  toleransi itu. Penyembelihan hewan kurban lalu membagi-bagikannya kepada warga sekitar tempat penyembeihan biasanya tanpa melihat apakah sang penerima muslim atau non muslim.

Sang penerima dan pemberi bergembira bersama dengan mengolah hewan kurban dan menyantapnya. Malah kadang mereka menyantap bersama. Ini terjadi hampir di seluruh tempat di Indonesia yang sebagian besar bersifat rural.

Nilai-nilai agama itu melebur bersama budaya kumpul, makan bersama, dan srawung yang sudah mengakar dalam kultur masyarakat. Akulturasi itu semakin memperkokoh karakter bangsa Indonesia yang solid dan toleran.

Agama itu sejatinya tidak melulu berisi akidah semata, tapi punya dimensi sosial juga. Dimensi sosial keagaaman ini penting untuk menjaga bangsa ini tetap merasa satu tujuan. Inilah semangat yang harus selalu dipelihara, meskipun di sana sini terjadi aksi intoleransi yang mencederai toleransi. Sulit dibantah bahwa intoleransi dan pencideraan toleransi terjadi pada relsi lintas agama Islam dan Kristen, berupa pembubaran ibadah atau diskriminasi.

Inilah tantangan kita bersama. Relasi sosial atau dimensi sosial dalam beragama tidak akan menjurus pada soal-soal akidah dan inti pengajaran agama. Buktinya banyak orang muslim dengan rela hati memberikan daging korban kepada non muslim, dan non muslim juga tak segan mengucapkan selamat Idul Fitri kepada warga muslim.

Inilah Indonesia yang sesungguhnya, indonesia yang majemuk nan rukun dan toleran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun