Mohon tunggu...
dewi mayaratih
dewi mayaratih Mohon Tunggu... Konsultan - konsultan

suka nulis dan jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perbedaan Sebagai Peluang Pembangunan di Negeri Multi Identitas

8 Desember 2023   22:03 Diperbarui: 8 Desember 2023   22:54 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada 15 November 2023 lalu, band Coldplay berhasil menggelar konser di Jakarta. Para penonton senang, penampil juga bangga. Mengapa pagelaran itu bisa sukses? Kunci utamanya adalah sinergi.

Coldplay tentu merupakan faktor penting dalam pertunjukkan ini. Namun, di belakangnya ada tim manajemen yang solid. Tim itu kemudian berkolaborasi dengan event organizer yang ada di Indonesia.

Komunikasi dijalin dengan baik demi sebuah penampilan yang memukau. Tidak terkecuali, komunikasi dengan pihak-pihak pemberi perizinan serta aparat keamanan.

Di masing-masing tim, tidak hanya diisi para musisi. Bahkan, justru ada lebih banyak yang tidak punya latar belakang musik. Mereka adalah para ahli keuangan, pakar promosi, tim logistik yang mengetahui seluk-beluk mobilitas, dan lain sebagainya.

Kesimpulannya, demi meraih cita-cita, kolaborasi mutlak diperlukan. Koordinasi dan sinergi dilakukan tidak hanya pada mereka yang punya latar belakang sama. Justru saat mereka yang memiliki sudut pandang dan titik tolak yang berbeda memutuskan untuk bersatu, karya yang mengagumkan bisa tercipta.

Apa yang disampaikan di atas sekadar ilustrasi. Betapa perbedaan bisa menjadi peluang besar untuk mengembangkan diri. Dalam konteks bangsa Indonesia yang majemuk, atau punya masyarakat multi identitas (dari berbagai suku, agama, ras, dan golongan), perbedaan seharusnya menjadi pondasi pembangunan.

Bakal ada banyak ide maupun strategi yang berwarna demi menggampai tujuan bersama. Proyeksi yang tak bisa dilakukan sendirian, biasanya jauh lebih mudah jika dilaksanakan dengan kerja sama.

Terpenting, simbiosis yang terjadi mutualisme. Jangan sampai merugikan orang lain. Perbedaan tentu tidak semata peluang. Ia juga dapat menjadi tantangan. Baru-baru ini, ada peristiwa pertikaian dua kelompok karena perbedaan cara pandang terhadap isu luar negeri. Hal semacam ini seharusnya tidak perlu terjadi.

Masing-masing kelompok sepantasnya punya gairah untuk menyayangi kelompok lain, dengan asumsi semua adalah saudara sebangsa. Jangan karena pendapat tentang atmosfer internasional tidak sama, pihak lain diserang membabibuta.

Apalagi jika sampai melakukan kekerasan fisik. Ketahuilah, kekerasan satu berpotensi menciptakan kekerasan-kekerasan yang lain. Tidak menutup kemungkinan, kekerasan bisa berdampak pada korbanjiwa. Pada gilirannya, trauma berkepanjagan bisa muncul.

Saling mengingatkan tentang urgensi saling menghargai mesti terus didengungkan. Dengan cara ini, wacana yang hadir adalah tentang pentingnya menjaga keharmonisan bersama. Demi meraih kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun