Mohon tunggu...
dewi mayaratih
dewi mayaratih Mohon Tunggu... Konsultan - konsultan

suka nulis dan jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Prestasi dan Pesta Demokrasi

7 Februari 2023   09:42 Diperbarui: 7 Februari 2023   09:46 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Pelaksanaan pesta demokrasi kian dekat. Banyak sekali upaya yang dilakukan Lembaga survey untuk "memaksa" masyarakat untuk memikirkan siapa yang layak memimpin Indonesia pasca Joko Widodo. Padahal Pilpres dan Pilkada itu sendiri masih sangat jauh di depan.

Satu persatu kandidat diulas oleh Lembaga survey itu. Malah ada yang berkali-kali diulas. Beberapa Lembaga survey menyoroti soal capaian pemimpin daerah saat dia menjadi kepala daerahnya, selain juga seberapa terkenalnya dia waktu lalu dan masa kini.

Melihat secara obyektif capaian pada saat seorang memimpin sebenarnya adalah hal yang sangat penting. Melihat secara obyektif di sini tentu saja dengan melihat beberapa kondisi dan perkembangan pada daerah itu. 

Bagaimana dia bekerja keras menyejahterakan warganya. Bagaimana dia membuat regulator agar mekanisme pengelolaan daerah dapat optimal, dll. Dan akhirnya warga merasa sangat puas dengan pemimpin itu. Cara memandang dan menilai berdasar prestasi ini, dalam bahasa sombong kita menyebut sebagai meritokrasi.

Meritokrasi amat penting untuk melihat calon pemimpin di masa depan, ditengah semua tantangan pada saat ini. Tidak adanya perilaku koruptif, miminnya egoism pemimpin dan kemampuan Kerjasama dari calon pemimpin adalah hal yang juga penting bagi mereka. 

Jika system meritokrasi berjalan dengan baik dan beberapa hal positif juga dilakukan, inshaalah warga dalam sebuah wilayah akan merasa puas dengan kinerja pemimin itu. Usaha tidak akan mengkhianati hasil.

Kita bisa melihat di sini kota Surabaya. Kota ini sangat gersang dan tandus dan sama sekali tidak punya obyek pariwisata yang dibanggakan di masa lalu. Meski ada beberapa universitas negeri yang terkenal, Surabaya di masa lalu adalah seperti halnya kota-kota besar di negara berkembang lainnya. Lingkungan yang relative buruk, dan warganya bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.

Lalu seorang pemimpin baru muncul memimpin Surabaya. Dan dia adalah seorang ibu-ibu dan mengubah total wajah Surabaya. Dulu terlihat garang dan tandus, berubah menjadi sejuk dan ramah untuk anak-anak. Bberapa spot dibenahi sehingga warga Suabaya tidak hanya berlibur ke mall saja tapi juga ke banyak taman, Pelabuhan yang diupgrade dan jembatan-jembatan yang dibenahi ulang.

Sistem ekonomi juga dibenahi. Di sana kita mendapati banyak sekali hasil bumi yang murah sehingga sebuah warung bisa menjual nasi campur dengan harga murah juga. Banyak ekonomi kecil dan menengah milik ibu-ibu yang dibenahi sehingga bisa bersaing dan memenuhi kebutuhan warga Surabaya sendiri. 

Di sector pendidikan, anak-anak dibebaskan dari uang sekolah, kompetensi guru ditingkatkan dan kebutuhan anak seperti laptop dan sebagainya dipenuhi oleh pemerintah daerah.

Semuanya itu disyukuri oleh warga dan warga memang terlihat puas dengan kinerjanya selama memimpin. Sehingga dia terpilih dua kali sebagai walikota.  Inilah demokrasi yang benar dengan system meritokrasi yang benar pula. Melihat sosok pemimpin berdasarkan prestasinya amat penting.

Di masa depan, jangan kita terjebak pada politik agama yang sangat membodohi kita semua itu. Janganlah pilihan kita hanya karena  satu golongan atau satu warna saja. Pilihlan pemimpin dengan berlandaskan prestasinya. Itu akan membuat Indonesia jauh lebih baik.

Pemimpin berprestasi, membuat warga sejahtera.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun