Ada ucapan Bung Karno yang amat terkenal, yaitu jasmerah; jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah. Ucapan itu bukan sekadar ucapan kosong dan mungkin "usang" bagi sebagian generasi muda, tapi ucapan itu memang punya makna mendalam bagi kita semua.
Kemajuan yang kita capai sekarang, tak lepas dari sejarah teknologi dimana para ahli menemukan internet yang akhirnya menjadi salah satu tonggak bagi kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Jika dulu kita perlu beberapa hari untuk memberi satu kabar kepada pihak lain, maka kini dalam satu klik kita bisa berkabar kepada pihak lain.
Tak hanya kabar yang bisa ditampilkan seketika, tapi juga gambar , data lain yang bisa tampil tidak lama setelah kita mencarinya. Teknologi begitu canggih dan memberi banyak kemudahan kepada kita. Dan kemajuan itu tidak lepas dari sejarah dunia ini.
Dalam konteks kebangsaan  'jasmerah' sangat relevan. Kolonialisme yang merupakan pil pahit bagi penghuni Nusantara, pertama karena para penjajah itu datang ke wilayah Nusantara hanya karena ketamakan mereka akan hasil bumi yang dihasilkan Nusantara. Tak hanya hasil bumi saja, kemudian mereka lebih tamak dan serakah lagi yang kemudian mereka menetapkan tanaman-tanaman yang harus ditanam oleh penduduk lokal untuk mereka jual ke pasar global. Jika ada yang tidak mematuhinya, maka akan dedenda yang pasti sangat berat.Â
Penjajahan juga menyisakan luka hati akibat kerja paksa. Ribuan penduduk lokal yang harus bekerja untuk penjajah tanpa upah dan banyak kematian penduduk lokal akibat itu. Kerja paksa membuat beberapa prasarana (misalnya jalan dan jalur kereta api) tersedia, namun membuat banyak keluarga yang kehilangan kepala keluarga mereka karena tewas dalam kerja paksa itu. Keduanya -- tanam paksa dan kerja paksa adalah hal yang paling tragis dalam sejarah kebangsaan kita.
Belajar dari itu, para pemuda kita yang punya kesempatan untuk mengenyam pendidikan bekerja keras untuk mewujudkan kemerdekaan bagi bangsa ini. Kemerdekaan adalah satu-satunya cara agar penduduk Nusantara (Indonesia) dihargai secara layak sebagai manusia.
Itulah yang kemudian mendasari banyak pemuda di masa lalu menggagas beberapa pertemuan yang kemudian disebut Sumpah Pemuda. Kongres Sumpah Pemuda yang diadakan beberapa kali memang mengerucutkan cita-cita agar banyak suku dan lapisan masyarakat  harus bersatu padu agar kemerdekaan dapat diraih.
Kini, sebagai bagian dari sejarah, kita juga harus  menghargai rangkaian sejarah itu. Perjalanan bangsa ini tidak melompat begitu saja, sehingga kita juga tidak bisa melompat dengan seenaknya dan menafikan sejarah -- satu bagian demi satu bagian lainnya-. . Kita harus menghargainya dengan mengsi kemerdekaan ini sebaik mungkin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H