Mohon tunggu...
Dewi Maqnuah
Dewi Maqnuah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Menggapai semua mimpi di Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berlayarnya Anime ke Luar Jepang

3 Januari 2014   11:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:12 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anime adalah sebuah animasi yang berasal dari Negara Jepang. Kata anime berasal dari kata animasi di mana dalam Bahasa Jepang animasi dibaca anime-shon. Anime ini banyak diaplikasikan ke dalam berbagai hal, misal dalam bentuk game, serial TV atau video.

Sejarah animasi Jepang sendiri dimulai pada saat pertama kali dilakukannya sebuah eksperimen dengan judul “eksperimen pertama mengenai animasi” oleh Kitayama Seitaro. Eksperimen perdana itu dilakukan oleh Kitayama Seitaro beserta kedua temannya tepatnya pada tahun 1913. Perkembangan bidang Anime bukan hanya diawali dengan adanya eksperimen tersebut, akan tetapi juga ada pembuatan film yang selesai tahun 1917 oleh Shimokawa. Pada tahun berikutnya yaitu 1918 tokoh lain menyusul beberapa film Anime-anime yang lain.

Teknik animasi pada abad 20 tersebut diaplikasikan oleh para pembuat film diantaranya dari Jerman, Amerika dan Prancis. Kemajuan bidang animase dikejar oleh Amerika, yakni telah mamadukan animasi dengan suara yang terjadi sekitar tahun 1927. Dari Jepang sendiri anime yang sudah menggunakan optic track adalah anime yang berjudul Chikara To Onna No Yononaka.

Sementara di Indonesia, kemunculan anime terjadi pada era 70-an. Anime tersebut ditayangkan di stasiun televisi TVRI dengan judul Wanpaku Omukashi Kum-Kum. Kemudian pada era 80-an begitu banyak anime-anime dengan berbagai judul yang berbeda muncul di layar televisi Indonesia. Misalnya Candy-candy, Mashin Hayabusa, Getta Robo dan lain sebagainya.

Namun kabarnya, serial anime-anime tersebut dihentikan tayangannya dengan begitu saja dengan isu bahwa pihak distributor anime Indonesia mengalami kebangkrutan karena terjadinya pembajakan yang begitu besar. Hal itu berakibat anime di Indonesia berhenti selama bertahun-tahun.

Para penggemar anime di Indonesia tentunya mengalami kekecewaan atas vakum yang terjadi pada anime tersebut. Namun kini tak lagi, pada tahun 90-1n berdiri stasiun televisi swasta yang kemudian menayangkan suatu serial anime dengan judul “Doraemon”. Sosok Doraemon mampu memuaskan penggemar anime yang sempat kecewa tersebut. Hal yang lain menggembirakan yaitu beberapa stasiun TV lain juga menayangkan beberapa serial anime seperti, Sailor Moon, Dragon Ball, Saint Seiya, Sulato ada lagi beberapa yana lain. Hal tersebut tentunya mendapat respon positif dari masyarakat Indonesia yang tak lain merupakan penggemar anime tersebut masa itu. namun dari banyak serial anime tersebut, yang masih eksis sampai saat ini yaitu “Doraemon”. Seekor kucing dengan kantong ajaibnya yang mampu mengabulkan setiap permintaan manusia dengan majikan bernama “Nobita”.

Pada kala itu serial anime beredar masih dalam format video cassete di mana masa itu adalah masa saat mesin video Beta sedang populer. I televisi semata, kepopuleran anime merambah juga pada dunia bioskop. Contohnya kala itu ada movie dengan judul “Doraemon the Movie”. Ada juga “Petualangan Doraemon” yang tayang sekitar bulan juni 2001. Film tersebut merupakan anime versi bioskop atau anime versi movie yang pertama di Indonesia. Cerita tersebut mengisahkan petualangan kucing biru itu bersama Nobita sang majikan beserta kawan-kawannya di Negeri Mayana. Di Negeri itu mereka membantu Pangeran Tio dalam menghadapi Redian, seorang penyihir jahat.
Toei Animation telah membuat debut pada tahun 1956, selain itu ada pula syarikat anime yang besar dikeluarkan pada kala itu yaitu Mushi Production. Di mana dilakukan oleh pencipta anime yang pertama, Astro Boy yaitu Osamu Tezuka. Namun perjalanan serikat tersebut tidak terlalu bagus, karena pernah mengalami jatuh yang disebabkan oleh jumlah pengeluaran yang cukup tinggi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun