Mohon tunggu...
Dewi MaharaniCahaya
Dewi MaharaniCahaya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Dewi Maharani Cahaya Ningrum (Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Menulis adalah jiwaku, bertukar pikiran adalah hobiku.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pancasila sebagai Falsafah Hidup

29 November 2021   20:06 Diperbarui: 29 November 2021   20:09 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PENULIS:

Dr. Ira Alia Maerani, S.H., M.H (Dosen FH Unissula)

Dewi Maharani Cahaya Ningrum (Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia)

PANCASILA SEBAGAI FALSAFAH HIDUP

Pengertian Pancasila adalah sebagai dasar negara dan falsafah bangsa Indonesia. Pancasila hasil pemikiran para tokoh pendiri bangsa, dan ditetapkan sebagai dasar serta falsafah bangsa dan negara. Negara yang merdeka harus memiliki landasan atau dasar untuk ketatanegaraan dan falsafah hidup bangsanya.

Pancasila terdiri dari:

  • Ketuhanan yang Maha Esa
  • Kemanusiaan yang adil dan beradab
  • Persatuan Indonesia
  • Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan
  • Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Dengan lima sila itulah bangsa Indonesia harus berpegang teguh dan menjiwai serta mewujudkan dalam tindakan dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai warga negara Indonesia harus percaya adanya Tuhan yang Maha Esa, Sang pencipta alam dan seisinya. Fiman Allah pada Q.S Al-Anbiya ayat 30 yang artinya "Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?." Pada ayat Al-Qur'an tersebut dijelaskan tentang penciptaan alam dan seisinya.

Masyarakat desa dimana saya berdomisili, mayoritas beragama Islam. Kegiatan keberagaman cukup lumayan aktif dan berkembang. Ibu-ibu muslimah, meraka mengadakan yasinan keliling dari rumah ke rumah setiap minggu sekali, juga mengadakan pengajian satu bulan sekali di masjid. Begitu pula dengan bapak-bapak. 

Masjid juga tidak pernah sepi, karena setiap sore dan malam hari digelar kegiatan kajian mulai anak-anak hingga orang tua. Hidup berdampingan antar warga sekitar cukup nyaman, tentram dan damai menciptakan lingkungan yang rukun antar sesama. Etika bermasyarakat sangat baik. Sikap menghargai antar warga juga cukup baik. Masyrakat mengutamakan hidup damai, tentram dan menciptakan suasana tenang.  

Nabi Muhammad pernah berpesan dalam sabda hadisnya yang berbunyi "Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya mereka memuliakan tetanganya." (HR. Bukhori dan Muslim). Menjaga ketentraman lingkungan dilaksanakan bersama-sama dengan cara bergantian, begitu pula menjaga kebersihan lingkungan antar sesama warga atas komando dari ketua RT. Kegiatan dilaksanakan bersama tidak ada alasan kaya dan miskin, memiliki pangkat/jabatan atau tidak, semua warga merasa memiliki kewajiban untuk itu, sesuai Firman Allah:

Artinya: "Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk." (QS. Ali Imran: 103)

Dari berbagai kegiatan yang bersifat umum, sebenarnya diadakan musyawarah untuk kesepakatan bersama dari warga.  Terciptanya situasi dan kondisi yang nyaman dan damai, diperlukan suatu perubahan-perubahan, baik secara fisik maupun nonfisik. Sumber daya manusia merupakan modal utama dalam kehidupan. Kesadaran warga terhadap lingkungan harus ditingkatkan. 

Partisipasi antar warga baik tenaga maupun finansial diperlakukan secara adil. Adil bukan berarti sama jumlahnya, tetapi harus memerhatikan situasi dan kondisi masing-masing warga dari segi fisik maupun ekonomi. Berbuat baik, bekerja sama, saling membantu,  tolong-menolong sesuai dengan kemampuan. Tolong menolong bukan diukur dari berat ringannya, tetapi diukur dengan kekuatan, kemampuan, dan keaktifannya. Rasulullah SAW. pernah  bersabda:

"Barang siapa menolong Saudaranya, maka Allah akan selalu menolongnya." (HR. Bukhari dan Muslim).

Dengan demikian terbukti bahwa pancasila merupakan dasar negara dan falsafah yang harus dijadi pedoman dan diamalkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, karena Allah SWT. pun telah menjelaskannya melalui firman-Nya dalam Al-Qur'an. Begitu pula dengan Nabi Muhammad telah memerintahkan hal yang serupa melalui sabda-sabdanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun