"Ambilkan bulan, Bu
Untuk menerangi
Tidurku yang lelap
Di malam gelap"
Sayup kudengar lagu itu kaunyanyikan, anakku
Sambil memandangi bulan yang benderang bercahaya
Ditemani kelap kelip gemintang di sekitarnya
Aku tersenyum menikmati syahdu lagumu
Sungguh, Nak...
Dendangmu seolah sihir yang membuat siapapun terpesona
Diam sejenak menutup mata membuka telinga
Dan tangan tetiba bergerak perlahan
Mengulurkan jemari memetik sebuah bintang di antara sejuta
Maafkan aku, Nak
Tak kuasa mengambilkan bulan yang kaupinta
Dan menghiaskannya di langit-langit kamarmu
Bukan karena tak ingin
Namun karena tak mungkin
Memelukmu pun hanyalah kerinduan terbesar
Yang menghiasi mimpi dalam malam-malam yang berujung paksa
Terenggut kebersamaan sesaat kita
Sekejap seperti nyala lilin yang tertiup angin
Pada setiap bait lagu yang mengalun sendu
Pada setiap bait doa yang membubung pilu
Semesta akan erat mendekapmu
Dengan berkat yang selalu baru setiap pagi
Pare, 10.07.2023
Written by Dewi Leyly
Nb.
Tetiba terlintas tentang anak-anak yang kehilangan ibunya. Tetaplah kuat !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H