Fe dan El akhirnya tersenyum bersama.
"El, kau lihat bintang yang berkelap kelip di ujung sana ?"
El memandang mengikuti arah yang ditunjuk Fe ,"Iya, Fe. Kenapa ?"
"Sejauh apapun kita terpisah, kau selalu bisa merasakan hadirku melalui kerlap kerlip bintang itu, karena aku juga akan selalu bersamamu, El..."
Malam semakin larut, sunyi semakin mencekam. Tampaknya seluruh makhluk semesta alam bersembunyi di peraduannya masing-masing.
"El, semakin dingin ya..."
"Turun sekarang, Fe ?"
Fe mengangguk. Berdua mereka berjalan menuruni tangga. Setapak demi setapak. Di ujung tangga, sesaat gaun Fe tertiup angin, mengibarkan harum aroma malam yang membalut rindu. Langkah El terhenti menikmati sensasi itu.
"Fe..."
Panggilan El menghentikan langkah Fe, "Iya, El ?!"
Fe menoleh, membalik tubuhnya dan tiba-tiba El sudah berdiri di hadapannya. Memeluk erat Fe. Erat sekali. Seolah enggan melepasnya lagi barang sedetikpun. Kehangatan melingkupi, menepis sisa sisa terpaan dingin malam yang berusaha menerobos tubuh. El mengecup kening Fe....., lalu berpindah ke kedua alis Fe....., lalu berpindah ke kedua mata Fe....., Â lalu berpindah ke kedua pipi Fe....., lalu berpindah hidung Fe..... lalu ..........