Memang, buku harian adalah sahabat sekaligus pengkhianat yang hebat !
Gara-gara buku harian itulah, yang menjadi jembatan orang tua dan anak untuk saling belajar, saling memahami, dan saling menghargai. Anak tetap berbakti pada orang tua, menjadi anak yang patuh dalam rasa hormat, secara dewasa menempatkan orang tua sebagai sahabat. Selalu menjalin komunikasi dua arah. Dialogis. Tidak memaksakan kehendak pribadi, tidak menjadi diktator yang selalu mendikte.
Mantan oh... mantan.
Sosok yang tak diharapkan, namun hadirnya membawa banyak pelajaran.
Pada akhirnya, sekarang  terasa sebagai kisah happy ending. Cukup berhenti di saya. Adik-adik saya tak perlu mencicipi perjodohan oleh orang tua.
Kalau dulu menangis dengan hati teriris, seolah dunia kiamat. Sekarang bisa meringis dan ikut bersenandung saat mendengar lagu ini lamat-lamat :
" Engkau bukanlah segalaku
Bukan tempat tuk hentikan langkahku
Usai sudah semua berlalu
Biar hujan menghapus jejakmu"
Eh... siapa tahu, saya diajak menyanyi trio dengan Mbak BCL dan Mas Ariel. Hehehe.
Yang jelas, cerita kali ini saya dedikasikan untuk mbak Ari dan mbak Derby yang telah mengajak saya bergabung dalam Trio Mawar Berduri, untuk menjawab tantangan menulis di Kompasiana dalam Blog Competition Estafet Kompasiana.
# 18.02.2020
# written by Dewi Leyly
# Tulisan ini dibuat untuk diikutsertakan dalam event Sambung Menyambung Menjadi Konten.
# saya bagian dari Tim Trio Mawar Berduri yang terdiri dari :
Derby Asmaningrum
Ari Budiyanti
Dewi Leyly
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H