Mohon tunggu...
Dewi Leyly
Dewi Leyly Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - ASN

Life is a journey of hopes.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Melepaskanmu adalah Anugerah Bagiku

18 Februari 2020   16:27 Diperbarui: 18 Februari 2020   16:50 897
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada yang mendefinisikan, mantan itu ibarat bola lampu, walaupun sudah putus, setidaknya ia pernah menerangi hidup kita. Atau secara guyonan (bercanda), ada yang mendefinisikan, mantan adalah jodoh yang masih dalam masa tenggang. Bila diisi ulang, bisa diaktifkan lagi. Hehehe...  Perbedaan persepsi masing-masing orang adalah hal yang wajar, tergantung pada pengalaman atau kisah hidup yang pernah dialami bersama sang mantan. Kalau menurut anda, definisi mantan itu apa, hayo... ?

Di era 2K plus plus alias tahun 2000 lebih, yang merupakan era modernitas, jarang sekali ditemui kisah cinta yang dilatarbelakangi perjodohan yang diatur oleh orang tua. Sudah bukan jamannya Siti Nurbaya lagi. Namun, masih ada juga yang mengalami hal itu.

Bukan perjodohan yg dimaksudkan untuk membayar hutang keluarga, seperti yang dikisahkan Marah Rusli dalam Novel Siti Nurbaya : Kasih Tak Sampai. Namun perjodohan ini tetap terjadi juga sebagai bentuk bakti seorang anak pada orang tuanya. Sebuah implementasi rasa hormat dan penghargaan seorang anak kepada orang tuanya yang telah banyak makan asam garam kehidupan.

Meskipun sebenarnya ada pergumulan batin tentang perjodohan ini, tetap dijalani juga prosesnya. Tentunya doa dan harapan orang tua adalah demi kebaikan anaknya.

Diawali dengan pertemuan antar orang tua, yang dilanjutkan dengan saling bertukar foto dan nomer HP (handphone) masing-masing anaknya, adalah perjodohan tradisional dengan rasa modern.

Bagaimana tidak, belum pernah bertatap muka secara langsung namun sudah menjalin relasi via HP. Jauh di mata namun dekat di hati adalah motto dalam LDR (Long Distance Relationship) alias hubungan cinta jarak jauh beda pulau. SMS menjadi pilihan yang lebih murah di kantong, diselingi dengan komunikasi via telfon yang menghabiskan pulsa isi ulang jatah sebulan dalam waktu 10 menit. Ahaaay... Cinta butuh pengorbanan, katanya begitu...

Setelah berelasi beberapa bulan, perjumpaan nyata akhirnya terjelma. Menghabiskan lebih banyak waktu bersama. Bercengkerama. Tentunya masih dalam koridor yang tak melanggar adat dan tata krama. Lalu memutuskan untuk meningkatkan jenjang relasi ke arah serius tak beberapa lama.

Hati mana tak berbunga-bunga. Mengukur cincin di jemari dan memilih modelnya. Membayangkan cincin bertukar melingkar sebagai tanda cinta. Janji kasih sehati selamanya.

Tak menduga sama sekali, bila akhirnya cerita harus usai. Ada orang ketiga yang lebih dipilihnya untuk mendampingi. Dengan sikap pengecut, dipilihnya melangkah pergi. Perpisahan tak terelakkan, untuk apa dipertahankan lagi. Bila itu sudah keputusan hati.

Untuk sampai di fase "ya... aku ikhlas melepasnya", ada beberapa fase yang harus dilalui. Dan setiap fase itu butuh perjuangan keras, doa serta dukungan dari orang terdekat, dalam hal ini bisa orang tua kita atau sahabat, orang yang kita percaya untuk berbagi kesedihan dan cerita.

Atau jika tidak, kita bisa menumpahkan segala beban rasa ke dalam lembar-lembar buku harian. Yang di satu sisi adalah yang paling setia dan bisa dipercaya menerima segala curhat kita. Seberapapun banyak kita menuliskan kesedihan, kekecewaan dan penyesalan kita. Namun di sisi lain, buku harian adalah yang paling jujur menceritakan  segala uneg-uneg kita. Tak ada yang dirahasiakannya, semua terbuka lebar dan jelas, ketika buku harian itu terbaca oleh orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun