Proyeksi
Tak tik tak tik...
Kesepuluh jemari Rein menari di atas tuts lappy tiada henti. Pandang matanya berkonsentrasi pada bahan ketikan di samping kirinya. Sesekali ia melirik layar, meneliti sepintas kata yang terekam di sana, apakah ada huruf atau tanda baca lainnya yang perlu diedit.
" Ahh... masih banyak yang belum kukerjakan, " gumam Rein sambil menyeruput moccachino yang masih hangat. Namun semilir angin malam yang dingin menerobos melalui kisi-kisi, bahkan tak terhalangi oleh jaket yang dikenakan Rein.
Rein berdiri sesaat sambil menggerak-gerakkan tangan dan pinggangnya melepas penat, hingga menimbulkan bunyi kemeletuk. Dilemaskannya juga jemari tangannya yang bekerja keras sejak siang tadi, sambil berjalan menuju sofa di ruang depan. Dihempaskannya tubuhnya ke sana, menyelonjorkan tulang belakang yang menyangga punggungnya tetap tegak saat mengetik tadi.
Tak sengaja matanya tertumbuk pada kalender yang tergantung tenang di tembok.
Ahh... masih 2 minggu lagi menuju tanggal 30 Oktober 2016. Hari di mana seharusnya ia ada di Surabaya, namun setelah dikondisikan, tujuannya beralih ke Pare.
Kota kecil yang tak terlalu ramai. Kota kecil yang dihuninya tujuh tahun terakhir. Kota kecil yang membuatnya bergairah membangun hidup bermasyarakat. Kota kecil yang menyimpan secuil kenangan kecil yang hangat...
Ahh... tiba-tiba Rein tersenyum sendiri mengingat tempat itu.
Dan dengan sisa tenaga di penghujung akhir minggu kedua Oktober ini, kembali Rein melangkah menuju ruang sebelah. Melanjutkan kembali tugasnya yang tertunda sejenak.
Semangat... Semangat !!
Rein menggumam menyemangati dirinya sendiri. Ada rasa hangat yang tiba-tiba hadir menelusup di malam dingin ini. Hadir dan memberi semangat.
Yess... !!!
# sepenggal imajinasi sifor
# 17.10.2016
# written by Dewi Leyly