"seseorang yang pergi pada Ilahi tak mungkin bisa kembali, tapi jasa yang pernah tersiarkan pasti kan abadi" --DL-
Barangkali kita terlupa, pada sosok pahlawan wanita yang berarti di Indonesia. Beliau yang mengajarkan kita membaca, mengenal bahasa. Beliau yang sederhana, yang bijaksana. Saya pun baru mengetahaui ketika membuka media sosial instagram. Yaaah.... Adakalanya pencerahan itu datang di waktu yang terduga. Maka dari itu, tertuanglah di tulisan sederhana saya kali ini.
Lanjut yaaaa....
Siapa beliau, mungkin di antara kita pasti pernah membaca bukunya, jangankan  pernah memlikinya pasti juga.  Apalagi pada zaman seusia saya dulu, buku inilah yang paling sering di pakai untuk mengajari anak-anak.
Namun sayang, baru kali ini saya mengetahuinya, dan akan saya tuliskan disini secara singkat. Beliau adalah Ibu Siti Rahmani Rauf. Kalian boleh mengetahuinya dari media apapun, karena beliau sangat berpengaruh dalam perkembangan bahasa, terutama bahasa Indonesia.
Hebatnya beliau sudah menjadi guru di umur 18 tahun, MasyaaAllah kan....
Setelah sekilas mengingat jasa yang begitu besar Ibu Siti mari kita bersama-sama meneruskan perjuangan beliau dengan gemar membaca, jangan sampai Negara Indonesia ini banyak generasi-generasi muda yang buta huruf.
Maka dari itu ada pepatah mengatakan
"mencegah lebih baik daripada mengobati"
Seperti yang banyak orang ketahui bahwa gangguan membaca itu dinamakan disleksia. Tahukan apa disleksia itu? Disleksia adalah salah satu jenis gangguan belajar yang membuat anak itu akan kesulitan dalam membaca, menulis, mengeja, dan berbicara dengan jelas.
Agar ilmu yang pernah Ibu Siti berikan tidak hilang, maka perlu di ketahui apa saja tanda-tanda anak mengalami kesulitan membaca, antara lain: anak kesulitan dalam mengenali huruf, kata, hingga kemampuan dalam mengeja.
Naaaah gejala yang terjadi ini dapat di lihat dari pada usia-usianya, yang pertama ketika anak dalam masa prasekolah, yakni tanda-tandanya : (1) terlambat dalam berbicara, (2) lambat dalam memahami sebuah kata-kata baru, (3) kesulitan membentuk kata dengan benar, seperti kesulitan dalam memilih kata yang mirip-mirip, (4) kesulitan juga dalam mengingat huruf, angka, maupun warna
Adapun gejala yang di alami pada usia sekolah, pada usia ini lebih akan lebih jelas tanda-tandanya, seperti (1) pada kemampuan membacanya jauh dari pada anak seusianya, (2) merasa kesulitan dalam hal mendengar, baik memproses ataupun dalam memahami, (3) kesulitan dalam menemukan kata-kata atau kalimat untuk menjawab sebuah pertanyaan, (4) kesulitan dalam mengingat suatu hal yang pernah terjadi, (5) tidak dapat mengucap sebuah kata yang belum pernah di dengar, (5) dalam melakukan baca dan tulis membutuhkan waktu yang lama, (6) menghindari kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan membaca.
Dilanjutkan pada usia remaja dan dewasa, pada usia ini gejalanya hampir mirip dengan gejala yang dialami anak-anak, antara lain (1) merasa sulit ketika membaca dengan suara lantang, (2) kemampuan baca dan tulis yang lambat, (3) ketika mengeja mengalami kesulitan, (4) menghindari kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan membaca, (5) kesulitan dalam memaknai kata-kata seperti ringan tangan; keras kepala; dan lain sebagainya, (6) membutuhkan waktu yang lama dalam penyelesaian tugas yang berkaitan dengan membaca, (7) kesulita dalam meringkas ataupun menghafal sebuah cerita, (8) merasa kesulitan ketika belajar bahasa asing.
Terkait gejala-gejala yang di timbulkan maka dapat di lakukan terapi pada usia dini, sebagai berikut :
-Â pertama ialah sering-sering lah membacakan buku kepada anak.
-Â kedua berupaya melakukan kerjasama dengan pihak sekolah anak,.
-Â kemudian memperbanyak waktu dalam hal membaca di rumah.
-Â atau paling tidak membuat suasana membaca semenarik mungkin.
-Â berikan anak motivasi dalam membaca, jangan sampai ketika kita menginginkan anak untuk membaca tapi sebagai orang tua kita tidak memberikan contoh kepada anak.
-mengajak anak untuk berdiskusi terkait isi buku dengan dilakukan sama-sama.
-jangan sampai kita mencela ketika anak melakukan kesalahan dalam membaca, akan tetapi berikan ia semangat untuk terus belajar seperti  "ayo di ulangi lagi" dengan tutur kata yang lembut.
Jangan sampai anak-anak sebagai penerus bangsa tidak bisa membaca, Najwa Shihab pernah berkata "Cuma perlu satu buku untuk jatuh cinta pada membaca. Cari buku itu. Mari jatuh cinta". Unikkan.... Awal-awal boleh jatuh cinta hanya dengan satu buku, akan tetapi untuk waktu selanjutnya tambahlah buku-buku yang akan dibaca. Untuk bekal di hari tua.
Terimakasih telah membaca tulisan saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H